
Pantau - Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengolah limbah daun nanas menjadi serat daun atau leaf fiber yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri fesyen maupun nontekstil.
Serat daun tersebut berasal dari bagian daun tumbuhan yang memiliki karakteristik beragam dan semakin diminati seiring meningkatnya kebutuhan bahan ramah lingkungan di sektor industri.
"Leaf fiber ini adalah serat yang diambil dari bagian daun tumbuhan dan memiliki keunggulan karakteristik yang beragam. Serat daun ini semakin banyak diminati, baik untuk memenuhi kebutuhan sektor industri fesyen maupun industri non-tekstil," ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi.
Pertumbuhan Pasar Leaf Fiber Dorong Inovasi
Andi Rizaldi menjelaskan bahwa pertumbuhan pasar serat daun didorong oleh kesadaran konsumen terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Menurut laporan Dataintelo, nilai pasar global kain serat daun untuk pakaian mencapai 1,2 miliar dolar AS pada tahun 2023.
Angka tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 2,8 miliar dolar AS pada tahun 2032.
Serat daun dinilai menjadi solusi yang menjanjikan bagi industri berkelanjutan, karena bahan bakunya mudah terurai dan berasal dari limbah pertanian yang melimpah.
"Solusinya menyentuh beberapa aspek. Pertama, menjadi komoditas serat alam alternatif yang bisa digunakan sebagai bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah terurai. Kedua, mengurangi polusi udara," tambah Andi Rizaldi.
Petani Didorong Ciptakan Nilai Tambah dan Green Jobs
Alih-alih membakar sisa daun nanas pascapanen, petani kini didorong untuk mengolahnya menjadi produk turunan dengan nilai jual tinggi.
Langkah ini juga membuka peluang penciptaan lapangan kerja ramah lingkungan di wilayah-wilayah penghasil serat alami.
“Ini akan menjadi aspek yang ketiga, yakni penciptaan green jobs di area-area lumbung serat Indonesia,” ujar Andi.
- Penulis :
- Arian Mesa
- Editor :
- Tria Dianti