HOME  ⁄  Nasional

Museum NTB Sosialisasikan Perawatan Artefak Letusan Tambora kepada Warga Dompu

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Museum NTB Sosialisasikan Perawatan Artefak Letusan Tambora kepada Warga Dompu
Foto: Museum NTB ajari warga Dompu cara merawat artefak peninggalan kerajaan kuno yang tertimbun letusan Gunung Tambora.(Sumber: ANTARA/HO-Museum NTB)

Pantau - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar sosialisasi kepada warga Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, terkait cara merawat artefak bersejarah peninggalan kerajaan yang hilang akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815.

Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam, menyatakan bahwa kegiatan ini dilakukan agar artefak peninggalan sejarah terawat dan terlestarikan sesuai standar museum.

Sosialisasi tersebut berlangsung pada 27 Mei 2025 dan menargetkan masyarakat setempat yang masih menyimpan berbagai benda sejarah.

Bukti Jejak Peradaban dan Identitas Budaya Lokal

Kecamatan Pekat diyakini merupakan lokasi dari tiga kerajaan kuno yang tertimbun akibat letusan dahsyat Tambora, yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekat, dan Kerajaan Sanggar.

Letusan tersebut meninggalkan jejak peradaban dalam bentuk artefak yang hingga kini masih berada di tangan warga.

Ragam artefak yang ditemukan menjadi bukti kejayaan masa lalu dan merepresentasikan identitas serta ciri khas masyarakat lokal.

Nuralam menekankan pentingnya merawat koleksi tersebut agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Ia berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan bersama untuk menyelamatkan sejarah lokal, bukan hanya satu kali kegiatan semata.

Kecamatan Pekat: Wilayah Luas dengan Keberagaman Budaya

Kecamatan Pekat merupakan kecamatan terluas dan terjauh di Kabupaten Dompu dengan luas mencapai 95,61 km² atau sekitar 40,58 persen dari total wilayah kabupaten.

Jaraknya dari ibu kota Kabupaten Dompu sekitar 124 kilometer, terdiri dari 12 desa dan dihuni oleh sekitar 38.168 jiwa.

Penduduk Pekat berasal dari berbagai suku, didominasi oleh suku Mbojo, Sasak, dan Bali.

Camat Pekat, Nuraini, menyampaikan bahwa hampir 60 persen warga Kecamatan Pekat adalah transmigran dari Pulau Lombok yang datang melalui program pemerintah sejak tahun 1970.

Penulis :
Balian Godfrey