
Pantau - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyoroti adanya anomali dalam pergerakan harga beras di pasar, di tengah kondisi stok yang disebut berlimpah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Mei 2025 harga beras di tingkat grosir mencapai Rp13.735 per kilogram dan di tingkat eceran Rp14.748 per kilogram.
Menurut Mentan, harga beras seharusnya turun di tingkat eceran karena di tingkat penggilingan justru mengalami penurunan.
Ia menyebut adanya kejanggalan dari hulu ke hilir, mempertanyakan mengapa harga beras di pengecer terus naik sementara harga dasar beras menurun.
Lonjakan Distribusi di Cipinang Picu Kecurigaan
Mentan juga menyoroti data stok beras di gudang Cipinang pada Mei 2025, yang menunjukkan angka distribusi tak biasa.
Pada 28 Mei 2025 tercatat sebanyak 11.410 ton beras keluar dari gudang Cipinang, yang menurutnya setara dengan sekitar 1.000 truk dalam sehari.
Ia menyebut kejadian ini sebagai sesuatu yang luar biasa dan belum pernah terjadi dalam lima tahun terakhir.
Mentan menduga adanya pihak yang mempermainkan distribusi beras dan menyebut keberadaan “middle man” yang memperpanjang rantai pasok hingga menyebabkan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.
Ia bahkan menyebut pelaku semacam ini sebagai mafia pangan yang harus ditindak.
Cadangan Rekor dan Optimisme Swasembada Lebih Cepat
Dalam kesempatan yang sama, Mentan menegaskan bahwa stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum Bulog saat ini mencapai lebih dari 4 juta ton.
Jumlah tersebut diklaim sebagai yang tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Dengan kondisi ini, Mentan optimistis bahwa target swasembada beras yang awalnya direncanakan tercapai pada tahun keempat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dapat direalisasikan lebih cepat, yakni pada tahun ketiga.
Ia menegaskan pentingnya menjaga kelancaran distribusi pangan sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja keras petani yang telah memproduksi beras untuk kebutuhan nasional.
- Penulis :
- Balian Godfrey
- Editor :
- Tria Dianti