
Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih waspada terhadap penyebaran paham ekstremisme dan terorisme melalui ruang digital yang kian masif.
Analis Kebijakan Ahli Muda/Subkoordinator Kerja Sama Non-Pemerintah BNPT, Alfroda Heanitu Panjaitan, menyampaikan bahwa Outlook 2024 menyoroti meningkatnya ancaman yang muncul dari aktivitas dunia maya.
"Kita bisa melihat OutlooK 2024 yang lebih menyasar ancaman dalam ruang digital. Jadi, dapat kita lihat berbagai aspek bagaimana pemuda harus diantisipasi pencegahan terorisme dan ekstremisme dalam ruang digital."
Pernyataan ini disampaikan dalam acara pemutaran film dokumenter Road to Resilience dan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah di Semarang, Selasa, 3 Juni 2025.
Alfroda menekankan bahwa tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia menjadikan ruang digital sebagai medium yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan ideologi radikal.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Roadmap Komunikasi Strategis dalam Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE).
BNPT menggandeng berbagai mitra untuk mengadakan kegiatan edukatif guna membentengi masyarakat, terutama pemuda, dari bahaya ekstremisme digital.
Ancaman Terorisme Semakin Digital, Kisah Nyata Jadi Pengingat
Pakar dan pegiat antiterorisme Dr. Noor Huda Ismail menyatakan bahwa pola penyebaran paham terorisme kini telah bertransformasi ke ruang digital, menjangkau berbagai kalangan.
"Menurut saya, bentuknya ke depan akan ke sana dan makin menguat. Narasi yang kami dorong tidak hanya radikalisasi, agama, tetapi juga karakter."
Ia mendorong kerja sama lintas sektor, seperti dengan dinas pendidikan dan Kementerian Komunikasi dan Digital, untuk memperkuat penanaman karakter dan literasi digital sejak dini.
"Aparat keamanan pun sudah menyadari bahwa pendekatan lama, jadul yang nginteli, nangkepi, penjara doang enggak cukup sekarang. Kalau dahulu organisasi kelas, hanya satu JI (Jamaah Islamiyah)."
Menurutnya, penyebaran ekstremisme kini bersifat acak dan menjangkau siapa saja, mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga kalangan menengah ke atas.
"Kalau fokus pada pendekatan lama, yang ceramah banget. Lo mereka ini belajar ilmu di TikTok, hanya berapa byte, tidak belajar lama. Itulah sebabnya saya kira langkah ke depan lebih ke aspek digital."
Film dokumenter Road to Resilience mengisahkan pengalaman Febri Ramdani, WNI yang pada 2016 pergi ke Suriah mengikuti ibunya dan kakaknya karena termakan propaganda ISIS di media sosial.
Setibanya di Suriah, Febri menyadari bahwa kenyataan sangat berbeda dari narasi yang ia yakini.
"Intinya saya tertipu. Saya ke sana hanya karena ingin bertemu ibu. Namun, ternyata propaganda yang saya lihat di media sosial sangat bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan."
Ia mengungkapkan bahwa proses kepulangan ke Indonesia sangat rumit, baik karena situasi di Suriah maupun stigma yang ia hadapi setelah kembali ke Tanah Air.
Film ini merekam perjalanan pulang Febri dan keluarganya ke Indonesia serta tantangan berat yang mereka hadapi dalam membangun kembali kehidupan mereka.
- Penulis :
- Balian Godfrey
- Editor :
- Tria Dianti