Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Peringati Bulan Bung Karno 2025, Pemkab Buleleng Libatkan Pelajar SMK dalam Edukasi Pangan Bergizi

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Peringati Bulan Bung Karno 2025, Pemkab Buleleng Libatkan Pelajar SMK dalam Edukasi Pangan Bergizi
Foto: Lomba Olahan Tempe di Buleleng Dorong Kemandirian Pangan dan Gizi Lokal(Sumber: ANTARA/HO-Humas Pemkab Buleleng)

Pantau - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP), menggelar lomba kreasi olahan tempe tingkat SMK sebagai bagian dari rangkaian peringatan Bulan Bung Karno 2025.

Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra secara resmi membuka kegiatan ini di Gedung Wanita Laksmi Graha Singaraja.

Sutjidra menekankan bahwa tempe seringkali dipandang sebagai makanan kelas bawah, padahal kandungan proteinnya sangat tinggi dan penting bagi gizi masyarakat.

Ia menyebut lomba ini sebagai strategi edukatif untuk meningkatkan apresiasi terhadap tempe sebagai sumber protein nabati lokal yang sehat.

Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di tengah tantangan ketergantungan pada beras.

Sutjidra mengakui bahwa tantangan utama industri tempe saat ini adalah ketersediaan bahan baku kedelai yang masih mahal dan terbatas.

Dorong Produksi Lokal dan Diversifikasi Pangan Tradisional

Pemkab Buleleng, lanjut Sutjidra, akan mendorong produksi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tempe di masa depan, mengingat potensi lahan pertanian yang masih tersedia.

Ia juga menyinggung program diversifikasi pangan lain, seperti pengembangan jagung hibrida varietas Goak Poleng dan olahan nasi jagung.

“Nanti juga ada nasi dari ketela. Olahan tempe ini bermacam-macam, kita bisa variatif mencari sumber pangan pengganti beras. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya kemandirian pangan,” ujar Sutjidra.

Lomba diikuti pelajar SMK se-Buleleng, dengan penilaian difokuskan pada kreativitas mengolah tempe tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.

Ketua Dewan Juri, Made Setiawan yang juga Ketua BPC ICA Buleleng, menegaskan bahwa penilaian lomba mempertimbangkan tingkat kesulitan pengolahan dan tetap mempertahankan keaslian rasa tempe.

Made berharap lomba ini bisa membuka mata generasi muda bahwa tempe bukan hanya makanan murah, tetapi juga bergizi tinggi dan layak dikembangkan secara inovatif.

Penulis :
Balian Godfrey