
Pantau - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan bahwa ekonomi syariah memiliki potensi besar untuk mendorong kemajuan industri fesyen dan pariwisata di Indonesia, khususnya di NTB.
Wastra NTB dan Potensi Ekonomi Syariah Global
Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Lombok Sharia Festival yang digelar di Mataram pada Sabtu malam, 7 Juni 2025.
Iqbal menyoroti kekayaan budaya Indonesia yang terdiri dari sekitar 300 kultur sebagai kekuatan utama dalam pengembangan industri fesyen.
Ia menjelaskan bahwa produk wastra dari NTB telah tampil di berbagai forum internasional, memperlihatkan kualitas dan nilai seni tinggi dari daerah tersebut.
Nilai ekonomi syariah global saat ini diproyeksikan mencapai 4 triliun dolar AS, dengan lebih dari 70 persen pembiayaan masih terkonsentrasi di sektor keuangan.
Namun, sektor non-keuangan seperti pariwisata dan fesyen dinilai memiliki peluang besar untuk berkembang lebih luas.
Iqbal mendorong agar Indonesia mengambil peran lebih besar dalam sektor ekonomi syariah non-keuangan, terutama melalui pengembangan pariwisata yang ramah terhadap umat Muslim.
Motif Subahnale Jadi Simbol Spiritualitas Tenun NTB
Dalam kesempatan tersebut, Iqbal menekankan pentingnya pelestarian ragam motif tenun ikat khas NTB, termasuk motif Subahnale dari Desa Sukarara, Kabupaten Lombok Tengah.
Motif Subahnale telah memiliki hak kekayaan intelektual dan dikenal sebagai motif dengan tingkat kerumitan tertinggi dalam proses penenunannya.
Nama Subahnale berasal dari kata Subhanallah, yang mencerminkan nilai spiritualitas tinggi, karena para penenun harus memiliki kesabaran dan rasa berserah diri kepada Tuhan.
Usai menyelesaikan proses menenun motif ini, penenun biasanya mengucapkan kata "Subhanallah", yang dalam dialek Sasak menjadi "Subahnale".
Iqbal menyebut motif ini sebagai simbol bahwa ekonomi syariah bukan sekadar transaksi, tapi juga menyatu dengan nilai seni dan spiritualitas lokal.
- Penulis :
- Balian Godfrey