
Pantau - Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkum) Edward Omar Sharif Hiariej menegaskan pentingnya kepekaan Aparatur Sipil Negara (ASN) terhadap keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam konteks Indonesia yang majemuk.
Penegasan ini disampaikan dalam pembukaan Pelatihan Sosial Kultural Pengenalan Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang digelar di Jakarta pada Senin, 16 Juni 2025.
"ASN perlu dibekali kemampuan untuk memahami, menghargai, dan menjalin dialog antaragama dan antarbudaya, yang sudah menjadi bagian esensial dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk," ungkap Eddy.
Ia menilai ASN bukan hanya pelaksana teknis kebijakan publik, melainkan juga simbol dan agen pemersatu bangsa.
Literasi Keagamaan Jadi Kompetensi Kepemimpinan Demokratis
Eddy menekankan bahwa ASN tidak cukup hanya cakap dalam manajemen dan regulasi, tetapi juga harus membangun komunikasi lintas identitas dan menciptakan ruang yang setara.
"Literasi keagamaan lintas budaya bukan sekadar pengetahuan konseptual, melainkan kompetensi kepemimpinan yang sangat relevan dalam tata kelola pemerintahan yang demokratis dan berkeadaban," ia menyatakan.
Pelatihan LKLB diselenggarakan oleh BPSDM Hukum Kementerian Hukum bekerja sama dengan Institut Leimena sebagai bagian dari komitmen pemerintah memperkuat ideologi Pancasila, demokrasi, dan HAM sesuai Astacita poin pertama.
Wamenkum menyebut BPSDM Hukum sebagai Kampus Pengayoman Pancasila yang tidak hanya meningkatkan kompetensi teknis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur bangsa.
"BPSDM Hukum memiliki tanggung jawab moral untuk membentuk karakter ASN yang inklusif, berintegritas, dan adaptif terhadap keberagaman," tambahnya.
Kepala BPSDM Hukum Kemenkum, Gusti Ayu Putu Suwardani, menegaskan bahwa pelatihan ini sejalan dengan visi dan misi lembaganya.
"Kami punya amanah luar biasa, tanggung jawab luar biasa untuk menyampaikan nilai-nilai luhur (Pancasila) kepada anak-anak didik kami, khususnya sekitar 2.500 taruna di Kampus Pengayoman Pancasila," katanya.
Program LKLB Jangkau Lebih dari 10 Ribu Pendidik di 38 Provinsi
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan memperkuat relasi dan kolaborasi antarumat beragama dengan saling menghormati perbedaan.
"Kerja sama ini akan memberikan inspirasi dan semangat kepada para guru madrasah dan sekolah, serta penyuluh agama, yang telah lulus dari program LKLB dalam 3,5 tahun terakhir, yang telah mencapai lebih dari 10 ribu pendidik di 38 provinsi atas kerja sama dengan lebih dari 30 lembaga pendidikan dan agama di Indonesia," ujar Matius.
Program LKLB disebut berkontribusi pada pencapaian Visi dan Strategi ASEAN 2045 yang menekankan pentingnya literasi keagamaan lintas budaya dalam membentuk Komunitas ASEAN yang inklusif.
Sejak dimulai pada 2021, kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam pelatihan LKLB menjadi upaya sistematis menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Pelatihan kali ini diikuti oleh 198 ASN dari Kementerian Hukum dan HAM, termasuk widyaiswara, kepala balai diklat, dosen Politeknik Pengayoman Indonesia, serta berbagai jabatan fungsional lainnya.
- Penulis :
- Balian Godfrey