Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BMKG: Hujan di Musim Kemarau 2025 Jadi Berkah dan Tantangan bagi Petani

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

BMKG: Hujan di Musim Kemarau 2025 Jadi Berkah dan Tantangan bagi Petani
Foto: BMKG: Hujan di Musim Kemarau 2025 Jadi Berkah dan Tantangan bagi Petani(Sumber: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.)

Pantau - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa tingginya curah hujan selama musim kemarau 2025 membawa dampak ganda bagi sektor pertanian, yakni sebagai peluang sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi secara cermat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa meskipun secara klimatologis Indonesia telah memasuki musim kemarau, sebagian besar wilayah masih mengalami curah hujan di atas normal akibat anomali iklim yang sedang berlangsung.

"Ini berkah sekaligus tantangan. Untuk petani padi, ini bisa membantu, karena pasokan air irigasi tetap tersedia. Tapi, untuk hortikultura, kelembapan tinggi bisa jadi masalah serius," ungkap Dwikorita.

Hujan Bantu Padi, Tapi Ancam Hortikultura

Curah hujan yang tetap tinggi di musim kemarau menjadi kabar baik bagi tanaman padi karena memastikan ketersediaan air untuk irigasi.

Namun, kondisi ini berpotensi merugikan bagi petani hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat yang rentan terserang hama dan penyakit saat kelembapan udara tinggi.

BMKG mendorong para petani hortikultura untuk:

  • Menyesuaikan pola tanam sesuai kondisi iklim
  • Menyiapkan sistem drainase yang memadai
  • Memperkuat proteksi tanaman untuk mencegah gagal panen

Musim Kemarau Lebih Pendek, Pola Hujan Tak Teratur

BMKG memprediksi bahwa musim kemarau 2025 akan berlangsung lebih pendek dari biasanya, namun disertai dengan hujan yang bersifat fluktuatif hingga Oktober 2025, terutama di wilayah selatan Indonesia.

Analisis BMKG menunjukkan bahwa ketidakteraturan pola curah hujan bisa mengganggu:

  • Sistem produksi pangan
  • Pasokan air bersih
  • Aktivitas ekonomi lainnya jika tidak diantisipasi dengan baik

Dwikorita menekankan pentingnya pemanfaatan informasi prediktif dan analisis cuaca dari BMKG sebagai acuan perencanaan di lapangan.

"Adaptasi iklim harus dilakukan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga harus menjangkau petani langsung di lapangan," ujarnya.

BMKG berkomitmen untuk terus mendampingi semua pemangku kepentingan dalam memahami dinamika cuaca dan iklim agar strategi kebijakan dapat disusun secara tepat sasaran.

Penulis :
Balian Godfrey
Editor :
Tria Dianti