
Pantau - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan dukungan terhadap kebijakan pencegahan truk over dimension dan over loading (ODOL), namun mengusulkan penerapan bertahap agar distribusi pangan nasional, khususnya telur konsumsi, tidak terganggu.
Distribusi Pangan Butuh Kebijakan Adaptif
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara keselamatan lalu lintas dan kelancaran logistik pangan.
"Kami mendukung prinsip keselamatan jalan, dan sekaligus mendorong adanya penyesuaian yang bijak bagi sektor-sektor strategis seperti pangan. Peternak dan konsumen sama-sama berhak mendapatkan kepastian dan perlindungan," ungkap Agung.
Ia menilai bahwa perlakuan khusus terhadap angkutan komoditas pangan dapat menjadi solusi yang saling menguntungkan semua pihak.
Distribusi telur saat ini sudah dilakukan secara efisien dengan mempertimbangkan keamanan dan mutu produk.
Namun, jika aturan ODOL diberlakukan secara kaku, dikhawatirkan akan menghambat distribusi dan menaikkan harga jual di pasar.
Risiko Kenaikan Biaya dan Upaya Adaptasi Peternak
Truk pengangkut telur rata-rata membawa beban 5–16 ton, di antaranya truk colt diesel 5.040 kg dan truk fuso 16.000 kg.
Jika volume muatan harus dikurangi agar sesuai regulasi ODOL, jumlah ritase meningkat dan biaya logistik melonjak.
"Jika truk harus mengangkut lebih sedikit, artinya perlu lebih banyak ritase dan biaya. Ini bisa menaikkan harga telur di pasar, padahal masyarakat sedang butuh stabilitas harga pangan," ujar Agung.
Peternak juga telah berinovasi dengan memasang pelindung segitiga pada truk untuk menjaga kualitas telur dari hujan.
Namun, desain pelindung itu tetap harus disesuaikan dengan ketentuan dimensi kendaraan yang berlaku.
Kementan pun aktif terlibat dalam diskusi kebijakan lintas sektor bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Asosiasi Pengemudi Angkutan Barang yang berlangsung pada 24 Juni 2025.
Agung menegaskan, "Penerapan ODOL idealnya dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Kita perlu solusi yang adaptif agar subsektor peternakan, khususnya distribusi telur konsumsi, tetap berjalan lancar dan tidak terdampak."
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








