
Pantau - Tradisi "Su Elege Aleka" masih dijalankan oleh Mama Tabuni, perempuan asal Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, yang rutin menggendong anak dalam noken di halaman rumahnya di Jalan Safri Darwin, Distrik Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya.
Tradisi ini juga dilakukan oleh anak-anaknya, termasuk yang sudah beranjak remaja.
"Su Elege Aleka" berasal dari bahasa Suku Dani, di mana "su" berarti noken, "elege" berarti anak, dan "aleka" berarti tempat menggendong atau mengisi.
Simbol Peran Ganda Perempuan Papua
Tradisi ini bukan sekadar cara menggendong anak, melainkan representasi peran penting perempuan Papua Pegunungan sebagai ibu, istri, dan pencari nafkah.
Dalam budaya masyarakat Papua, setelah maskawin dibayar, perempuan memikul tanggung jawab besar: melahirkan, membesarkan anak, mengurus rumah tangga, hingga bekerja di luar rumah.
Di sektor pertanian, laki-laki membuka lahan dengan membongkar hutan, sementara perempuan bertugas menanam, merawat, dan memanen hasil kebun.
Bahkan saat menyusui dan merawat bayi, perempuan tetap menjalankan aktivitas pertanian.
Tradisi "Su Elege Aleka" memungkinkan mereka menjalankan dua tugas itu sekaligus, dengan anak digendong dalam noken yang dikaitkan di kepala.
Maria K Logo, pemerhati budaya dan noken Papua Pegunungan, menyatakan bahwa budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang.
“Tradisi ini menjadi simbol kekuatan dan ketahanan perempuan Papua dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan keluarga dan tanggung jawab ekonomi,” ujarnya.
Hidup di Delapan Kabupaten Papua Pegunungan
Tradisi "Su Elege Aleka" masih bertahan di delapan kabupaten di Papua Pegunungan, yaitu Jayawijaya, Lanny Jaya, Tolikara, Nduga, Yahukimo, Mamberamo Tengah, Pegunungan Bintang, dan Yalimo.
Keberlangsungan tradisi ini mencerminkan peran penting perempuan dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat adat Papua Pegunungan.
Dengan menjunjung tinggi warisan budaya ini, perempuan Papua menjaga tidak hanya nilai leluhur, tetapi juga identitas budaya yang telah hidup selama berabad-abad.
- Penulis :
- Aditya Yohan