
Pantau - Wakil Ketua DPR RI bidang Kesejahteraan Rakyat, Cucun Ahmad Syamsurijal, menegaskan bahwa sejarah bangsa Indonesia tidak boleh sembarangan dirombak, menanggapi wacana penulisan ulang sejarah yang menimbulkan perdebatan publik.
"Sejarah bukan naskah bebas edit. Ia adalah ingatan kolektif bangsa yang disusun dari perjuangan, luka, harapan, dan cita-cita. Jika ada yang kurang, kita lengkapi. Jika ada yang tertinggal, kita angkat. Tapi bukan berarti kita menghapus atau mengaburkan yang sudah ada.", ujarnya.
Pemutakhiran Sejarah Bukan Tindakan Politis
Cucun menyatakan bahwa istilah "penulisan ulang sejarah" dapat menimbulkan kesalahpahaman, seolah-olah menjadi upaya mengganti narasi dan mengaburkan fakta serta jasa para tokoh bangsa.
Ia menegaskan bahwa ia lebih sepakat dengan istilah "pemutakhiran sejarah" yang merupakan proses intelektual dan kultural berbasis objektivitas dan integritas ilmiah.
"Kalau ada catatan sejarah yang belum masuk dalam dokumen resmi bangsa, tentu kita harus mengakuinya. Tapi jangan terburu-buru diumumkan ke publik tanpa kajian mendalam dari para sejarawan, akademisi, dan tokoh masyarakat.", tuturnya.
Cucun menekankan bahwa sejarah harus menjadi alat pemersatu bangsa, bukan sumber perpecahan atau kegaduhan.
DPR Bentuk Tim Supervisi Sejarah
Untuk menjamin proses pemutakhiran sejarah berjalan secara objektif dan proporsional, DPR RI akan membentuk tim supervisi independen.
Tim ini akan melibatkan pakar lintas disiplin untuk memastikan bahwa fakta-fakta baru dimasukkan dengan hati-hati dan berimbang.
"Mari kita rawat sejarah dengan kebijaksanaan, bukan dengan ego zaman. Kita boleh menambah halaman, tapi jangan merobek lembaran.", tegasnya.
Cucun juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak tokoh dan peristiwa penting yang layak dikenang tanpa menghilangkan jasa siapa pun.
"Sejarah adalah milik kita bersama. Mari kita jaga keutuhannya, kita perbaiki kekurangannya, dan kita wariskan dengan penuh kehormatan kepada generasi yang akan datang.", pungkasnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan










