Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Suhu Anjlok di Kerinci dan Sungai Penuh, BMKG Sebut Fenomena Bediding Akibat Musim Kemarau

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Suhu Anjlok di Kerinci dan Sungai Penuh, BMKG Sebut Fenomena Bediding Akibat Musim Kemarau
Foto: Suhu Anjlok di Kerinci dan Sungai Penuh, BMKG Sebut Fenomena Bediding Akibat Musim Kemarau(Sumber: ANTARA/HO-Aryo Tondang.)

Pantau - Fenomena Bediding atau penurunan suhu udara secara drastis pada malam hingga menjelang pagi melanda wilayah dataran tinggi di Kabupaten Kerinci, Jangkat (Merangin), dan Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi.

Suhu terendah tercatat mencapai 18,2 derajat Celcius, lebih rendah dibanding suhu normal rata-rata yang biasanya sekitar 22,5 derajat Celcius.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Kelas III Depati Parbo Kerinci, Kurnianingsih, menjelaskan bahwa fenomena Bediding umum terjadi saat musim kemarau.

“Dinginnya suhu udara saat ini merupakan fenomena Bediding yang umum terjadi pada saat musim kemarau,” ungkapnya.

Monsun Australia Sebabkan Udara Dingin

Kurnianingsih menyebut penyebab utama fenomena ini adalah menguatnya Monsun Australia, yang membawa massa udara dingin dari benua Australia ke wilayah kepulauan Indonesia.

Wilayah Kerinci, Jangkat, dan Sungai Penuh diketahui sudah memasuki musim kemarau sejak awal Mei 2025.

Dampak paling nyata dirasakan di daerah dataran tinggi seperti wilayah Jambi, dan musim kemarau diprediksi berlangsung hingga Oktober 2025.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mengenakan pakaian tebal dan kaos kaki pada malam hari guna menjaga kehangatan tubuh serta mencegah gangguan kesehatan akibat suhu dingin.

“Fenomena ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan alergi karena udara yang terlalu dingin,” jelas Kurnianingsih.

Seorang warga Kota Sungai Penuh, Eni Syamsir, membenarkan kondisi cuaca ekstrem tersebut.

“Malam dingin sekali, sampai tidur harus pakai selimut tebal, tapi kalau siang sangat panas sekali,” tuturnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf