Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Mensos: Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat 15 Hari, Fokus Adaptasi dan Anti-Bullying

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Mensos: Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat 15 Hari, Fokus Adaptasi dan Anti-Bullying
Foto: (Sumber: Sumber: Komisi III DPR RI menggelar rapat dengar pendapat mengundang sejumlah lembaga di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (14/7/2025). (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Pantau - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyatakan bahwa masa pengenalan atau orientasi siswa Sekolah Rakyat akan berlangsung selama sekitar 15 hari, lebih lama dibanding sekolah umum.

Mensos menjelaskan bahwa perpanjangan masa orientasi diperlukan karena semua unsur di lingkungan sekolah merupakan hal baru, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, dan tenaga kependidikan.

"Kalau di sekolah umum yang melakukan pengenalan itu kan hanya murid baru, kalau ini semua baru. Kepala sekolahnya baru, gurunya baru, kemudian juga siswanya baru, tenaga kependidikan yang lain juga baru. Oleh karena itu, waktu kita lebih lama. Mungkin kalau yang umum itu hanya lima hari, kita bisa 15 hari atau dua minggu," ungkapnya.

Setelah orientasi, siswa Sekolah Rakyat akan mengikuti masa matrikulasi karena proses seleksi masuk tidak menggunakan tes akademik.

Pada tahap ini, siswa akan menjalani sosialisasi dan adaptasi terhadap proses pembelajaran agar pemahaman mereka bisa setara sebelum masuk ke materi inti.

"Karena tidak ada tes akademik, anak-anak nanti akan melakukan sosialisasi dan adaptasi proses pembelajaran. Setelah nanti pemahamannya semua sama, maka proses belajar-mengajarnya dimulai. Kurikulumnya sama seperti kurikulum formal, ada pendidikan karakter, ada juga keterampilan, dan lain-lainnya sama," jelas Gus Ipul.

Fokus pada Pencegahan Kekerasan dan Penguatan Karakter

Mensos juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan di Sekolah Rakyat.

Ia menyebutkan bahwa Kementerian Sosial bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencegah perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

"Tidak ada bullying. Harus dihindari, harus dimitigasi, jangan sampai ada bullying, tidak ada kekerasan seksual, tidak ada intoleransi. Nah dalam keperluannya, kita kerja sama dengan Kementerian PPPA juga dengan KPAI, kemudian juga dengan beberapa lagi lembaga untuk memitigasi agar itu tidak terjadi dengan mekanisme, prosedur, dan mungkin nanti juga dengan teknologi," ujarnya.

Sekolah Rakyat: Strategi Pemerintah Putus Rantai Kemiskinan

Sekolah Rakyat merupakan program nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan akses pendidikan berkualitas secara gratis kepada anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, sesuai dengan Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Sekolah ini dirancang berasrama dan melayani jenjang pendidikan dari SD, SMP, hingga SMA.

Kegiatan belajar mengajar berlangsung siang hari, sedangkan malam hari diisi dengan penguatan pendidikan karakter.

Kurikulum Sekolah Rakyat mencakup pelajaran formal, nilai-nilai agama, kepemimpinan, serta keterampilan hidup.

Sistem pembelajaran juga ditunjang oleh fitur Learning Management System dan modul digital untuk menjangkau anak-anak dari wilayah terpencil.

Penulis :
Ahmad Yusuf