
Pantau - Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti keputusan pemerintah Indonesia untuk membeli 50 unit pesawat Boeing 777 dari Amerika Serikat sebagai bagian dari negosiasi tarif dagang antara kedua negara.
Ia menilai komitmen tersebut tidak tepat, mengingat Boeing 777 adalah pesawat model lama yang dinilai tidak efisien dan tidak cocok untuk kebutuhan penerbangan domestik Indonesia.
"Ini pesawat model lama yang terkenal tidak nyaman dan tidak efisien, kalah jauh dibanding adiknya, (Boeing) 787," ungkap Wijayanto.
Tidak Efisien untuk Pasar Domestik, Garuda Bisa Kalah Saing
Menurut situs EM Airplane, harga dasar satu unit Boeing 777 baru diperkirakan mencapai 330 juta dolar AS atau sekitar Rp5,3 triliun.
Namun, maskapai biasanya mendapat potongan harga besar melalui negosiasi pembelian dalam jumlah banyak.
Wijayanto menilai Boeing 777 lebih cocok untuk penerbangan jarak jauh karena merupakan pesawat berbadan lebar (wide-body).
"Ini pesawat wide body yang cocok untuk long overhaul, padahal Garuda lebih butuh (Boeing) 737. Jika memaksakan memanfaatkan untuk international flight, Garuda akan kalah saing dengan SQ, Thai, Qatar, Turkish," ujarnya.
Ia menambahkan, ukuran pesawat yang besar menyebabkan kursi sering kosong untuk pasar domestik, sementara biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan sangat tinggi.
Selain itu, banyak bandara domestik di Indonesia belum mampu menampung pesawat sebesar Boeing 777, sehingga menambah keraguan atas efisiensi keputusan tersebut.
Presiden Prabowo: Garuda Harus Jadi Kebanggaan Nasional
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan bahwa pembelian pesawat Boeing merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
"Memang kita kan perlu (pesawat Boeing) untuk membesarkan Garuda, Garuda adalah kebanggaan kita," ujar Presiden.
Ia menyebut Garuda memiliki nilai simbolik sebagai pembawa identitas bangsa sejak masa perjuangan kemerdekaan dan menegaskan pentingnya memperkuat armada Garuda dengan pengadaan pesawat baru.
"Jadi, Garuda harus menjadi lambang Indonesia. Kita bertekad, saya bertekad untuk membesarkan Garuda dan untuk itu ya kita butuh pesawat-pesawat baru," tegas Prabowo.
Presiden menyatakan bahwa kebutuhan Indonesia terhadap pesawat baru sejalan dengan penawaran dari pihak Boeing.
"Saya kira enggak ada masalah karena kita butuh, mereka ingin jual. Pesawat Boeing juga cukup bagus, kita juga tetap dari Airbus," tambahnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan