
Pantau - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar sosialisasi kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) kepada pelaku usaha dan asosiasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dalam upaya meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan terhadap kesepakatan tarif resiprokal yang dinilai menguntungkan Indonesia.
Sosialisasi ini sekaligus menjadi forum klarifikasi atas dampak perjanjian terbaru Indonesia-AS terhadap perdagangan, investasi, serta perlindungan tenaga kerja nasional.
Indonesia Dapat Tarif Terendah Dibanding Negara ASEAN dan Pesaing Ekspor
Airlangga menyampaikan bahwa tarif yang dikenakan AS kepada Indonesia merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN maupun negara pesaing ekspor lainnya, khususnya di sektor tekstil dan produk padat karya.
"Nah, kalau kita lihat angka-angka itu adalah angka yang terendah dibandingkan negara ASEAN yang lain, di mana Vietnam dan Filipina itu sampai saat sekarang adalah 20 persen, Malaysia dan Brunei adalah 25 persen, kemudian Kamboja 36 persen dan Myanmar-Laos sebesar 40 persen, Thailand juga 36 persen. Dibandingkan pesaing untuk produk tekstil, kita juga melihat seperti negara Bangladesh 35 persen, Sri Lanka 30 persen, Pakistan 29 persen dan India 27 persen," jelas Airlangga.
Berdasarkan struktur tarif bea masuk Indonesia sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022, dari total 11.555 pos tarif harmonized system (HS), sebanyak 1.347 HS atau 11,7 persen memiliki bea masuk nol persen, dan 5.448 HS atau 47,1 persen memiliki bea masuk sebesar 5 persen.
Tidak Terkena Tarif Baru AS, Indonesia Lindungi 1 Juta Pekerja Industri Padat Karya
Airlangga menegaskan bahwa melalui kesepakatan ini, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang tidak terdampak tarif baru AS sebesar 19 persen yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 bagi negara-negara lain.
“Dengan adanya perjanjian tersebut, maka Amerika kita perluas menjadi mayoritas nol persen dan ini sudah kita berikan kepada CEPA yang lain, apakah itu dengan ASEAN-FTA, ASEAN-China FTA, IEU-CEPA, Kanada, Australia, New Zealand, Jepang, itu seluruhnya juga kita sudah memberikan mayoritas mendekati nol,” tambahnya.
Penurunan tarif resiprokal ini dinilai strategis untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, stabilitas sektor ketenagakerjaan, serta perlindungan terhadap sekitar 1 juta tenaga kerja di industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki.
"Saya bilang kalau ini tidak diberikan, Indonesia kompetitif, 1 juta orang akan kehilangan pekerjaan. Jadi Amerika kan ingin menjadi partner Indonesia, the third largest democratic country and the largest economy di Asia Tenggara," tegasnya.
Hambatan Nontarif Juga Diselesaikan, Neraca Perdagangan Tetap Aman
Selain tarif, kesepakatan juga mencakup penyelesaian hambatan nontarif yang selama ini menjadi tantangan dalam perdagangan bilateral.
Airlangga memastikan bahwa pembelian sejumlah produk dari AS, seperti gandum, kedelai, dan energi, merupakan pergeseran asal impor dan tidak berdampak negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Rincian kesepakatan ini akan dijelaskan dalam pernyataan bersama resmi yang akan segera dirilis.
Dihadiri Sejumlah Pejabat dan Asosiasi
Sosialisasi yang digelar di Kantor Kemenko Perekonomian turut dihadiri oleh Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Wakil Menteri UMKM, Wakil Menteri Keuangan, Wakil Menteri Perindustrian, Wakil Menteri ESDM, Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala BKPM, perwakilan kementerian dan lembaga, perwakilan BUMN, serta asosiasi pelaku usaha nasional.
- Penulis :
- Aditya Yohan