billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Masjid Al-Akbar Surabaya Jadi Destinasi Wisata Religi Dunia, Tawarkan Toleransi dan Arsitektur Penuh Filosofi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Masjid Al-Akbar Surabaya Jadi Destinasi Wisata Religi Dunia, Tawarkan Toleransi dan Arsitektur Penuh Filosofi
Foto: (Sumber: Sejumlah mahasiswa Taiwan berkunjung ke Masjid Al-Akbar Surabaya dan dipandu oleh Urusan Wisata Religi MAS untuk meninjau Ruang Utama MAS. (ANTARA/HO-Humas MAS))

Pantau - Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) kini resmi menjadi destinasi wisata religi domestik dan internasional setelah peresmian Al-Akbar Tourism Center (ATC) oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada 30 April 2025, membawa misi mempertemukan nilai keimanan, pengetahuan, dan budaya.

ATC Hadirkan Pengalaman Wisata Religi Modern dan Inklusif

ATC mengusung tagline "Where Faith, Knowledge, and Culture Meet", menandai perpaduan antara aspek fisik masjid yang megah dan nilai-nilai non-fisik seperti toleransi antarumat beragama.

Secara fisik, MAS menawarkan berbagai spot menarik seperti Menara 99 meter, Air Mancur, Taman Asmaul Husna, Taman Peradaban, Urban Farming, Edupark, Green House, Taman GenZI, Rumah Sehat, hingga Mini Soccer dan toilet disabilitas.

Tersedia juga Ruang Utama khusus untuk ikrar muallaf dan fasilitas penunjang lainnya.

Yang menarik perhatian banyak wisatawan, termasuk non-Muslim, adalah nilai-nilai harmoni yang tercermin dari lokasi masjid yang berdampingan dengan Gereja Sakramen Maha Kudus di Surabaya, mencerminkan toleransi hidup antar umat beragama di Indonesia.

Siswi kelas 8 MTs Masjid Al-Akbar, Zaenab, menceritakan pengalamannya berdialog dengan turis Polandia.

"Saya sempat berdialog (dengan para wisatawan mancanegara) tentang apa yang menarik dari Masjid Al-Akbar. Saya jelaskan, kalau masjid ini memiliki arsitektur dengan minim pilar dan ada green toilet. Mereka senang, karena orang Indonesia yang ditemui di negaranya dan di Indonesia cukup ramah," ungkapnya.

Disambut Turis Asing, ATC Tawarkan Tur Berbasis Edukasi dan Toleransi

Sejak diresmikan, ATC menarik banyak wisatawan asing, termasuk 18 turis Polandia (28 April 2025), 10 WNA dari Singapura (12 Mei 2025), 6 turis Malaysia dan 2 dari Prancis (12 Mei 2025), mahasiswa Taiwan (10 Agustus 2025), hingga atlet Timnas Voli U-21 Putri Meksiko (14 Agustus 2025).

Untuk melayani wisatawan, ATC mengembangkan tiga sistem utama: SOP kunjungan, alur kunjungan, dan 11 spot wisata utama.

SOP kunjungan mencakup registrasi (online/offline), briefing, pemberian perlengkapan seperti sarung, mukena, audio guide multibahasa, baju sopan untuk turis non-Muslim, booklet sejarah Islam lokal, dan peta wisata halal.

Alur kunjungan diawali dengan registrasi via situs atau QR code, dilanjutkan briefing sejarah masjid, tur masjid bersama pemandu Wisata Religi MAS, lalu kunjungan ke studio multimedia, galeri Islam Nusantara, serta area kuliner halal UMKM.

11 spot utama yang disiapkan antara lain: Ruang Utama Masjid, Menara 99 Meter, Museum MAS, Taman Asmaul Husna, Taman GenZI, Taman Peradaban, Urban Farming & Green House, Edu Park, Kampung UMKM Halal, Area Air Mancur, dan Perpustakaan Multimedia.

Kepala Urusan Wisata Religi BPP MAS, Anas Choiri, menyatakan banyak turis terkesan dengan filosofi arsitektur masjid.

Mihrab masjid setinggi 17 meter, atap delapan sisi, dan 45 pintu gerbang mencerminkan tanggal kemerdekaan RI: 17-8-1945.

Kubah luar yang berjumlah lima melambangkan lima rukun Islam dan lima sila Pancasila.

Selain bangunan, wisatawan mancanegara juga banyak bertanya tentang aspek non-fisik, seperti pemisahan tempat salat dan isu poligami.

"Pemisahan lokasi sholat antara laki-laki dan perempuan itu merupakan ajaran agama, karena laki-laki dan perempuan memang berbeda secara fisik," jelas Anas.

"Soal poligami juga aturan Tuhan yang tentunya Sang Pencipta lebih tahu, seperti halnya seorang perancang bangunan," tambahnya.

ATC MAS bukan hanya menjadi pusat wisata religi, tetapi juga pusat pembelajaran kehidupan dan spiritual, tempat memahami Islam, serta menyaksikan langsung praktik toleransi antara umat beragama.

Penulis :
Aditya Yohan