
Pantau - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan bahwa kurikulum Multi Entry, Multi Exit (MEME) yang diterapkan di Sekolah Rakyat (SR) memberikan akses pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat atau komunitas lokal.
Kurikulum Fleksibel Sesuai Kebutuhan Siswa
Kurikulum MEME diselenggarakan dengan pola satuan kredit semester (SKS), sehingga murid dapat langsung mengikuti muatan, mata pelajaran, atau program yang relevan dengan kebutuhan lokal tanpa harus terikat dengan peserta didik lain.
“Dengan adanya kurikulum yang sesuai, sekolah ini dapat memenuhi kebutuhan lokal dan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten,” ungkap Abdul Mu'ti.
Sasaran kurikulum MEME mencakup peningkatan kompetensi akademik, keterampilan praktis, peningkatan partisipasi siswa, serta penguatan nilai karakter, sosial, dan budaya dalam pendidikan.
Untuk mencapai sasaran itu, kurikulum MEME mengembangkan prinsip fleksibilitas, yang memungkinkan murid belajar dengan cara paling efektif bagi mereka.
Pilihan metode dan waktu belajar dibuat bervariasi agar murid memperoleh pengalaman pendidikan sesuai kecepatan dan gaya belajar masing-masing.
“Murid dapat masuk dan menyelesaikan program pendidikan sesuai kebutuhan pribadi, sosial atau pekerjaan mereka. Ini saya kira yang berbeda dengan sekolah yang biasa,” jelas Abdul Mu'ti.
Kontekstual dan Relevan dengan Kehidupan Nyata
Selain fleksibilitas, prinsip lain yang dikedepankan dalam kurikulum MEME adalah kontekstual, yakni penyesuaian materi dengan kebutuhan lokal, nilai komunitas, serta kehidupan nyata sehari-hari murid.
Melalui pendekatan ini, Sekolah Rakyat menyiapkan materi pembelajaran relevan dengan konteks lokal, termasuk kompetensi akademik, pelajaran hidup, keahlian praktis, serta pelatihan soft skill.
“Ini bertujuan untuk menyiapkan siswa tidak hanya secara akademis, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari di masyarakat,” tegasnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan