billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

26 Ribu Kasus Serumen Ditemukan di Batam, Dinkes Fokuskan Edukasi PHBS bagi Pelajar

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

26 Ribu Kasus Serumen Ditemukan di Batam, Dinkes Fokuskan Edukasi PHBS bagi Pelajar
Foto: (Sumber: Siswa SMP 2 Batam sedang dikonsultasi oleh tim medis dari Puskesmas Belakangpadang Batam, Kepri, Sabtu (26/7/2025). ANTARA/Amandine Nadja)

Pantau - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Kepulauan Riau, mencatat serumen atau kotoran telinga sebagai temuan terbanyak dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar sejak 6 Februari hingga 25 Agustus 2025.

“Dari total 30.381 orang yang telah diperiksa, sebanyak 26.294 kasus serumen ditemukan pada kelompok anak-anak dan remaja, dari umur 1 hingga 17 tahun,” ujar Kepala Dinkes Batam, Didi Kusmarjadi, Senin (25/8).

Sejak program CKG mulai menyasar pelajar secara aktif, jumlah pemeriksaan mengalami peningkatan signifikan karena tim medis mendatangi langsung sekolah-sekolah.

“Sampai 25 Agustus, sudah lebih dari 30 ribu orang yang diperiksa. Paling banyak berasal dari kelompok usia sekolah karena tim medis mendatangi langsung,” tambah Didi.

Mayoritas Kasus Serumen Terjadi pada Usia Sekolah

Rincian temuan serumen menurut kelompok usia anak-anak dan remaja adalah sebagai berikut:

  • Usia 1–6 tahun: 918 kasus
  • Usia 7–12 tahun: 17.693 kasus
  • Usia 13–15 tahun: 4.988 kasus
  • Usia 16–17 tahun: 2.695 kasus

Sementara itu, untuk kategori usia dewasa, kasus yang ditemukan cenderung lebih beragam namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, antara lain:

  • Kelainan genital wanita: 7 kasus
  • Penyakit jantung: 5 kasus
  • Tumor mamae: 2 kasus
  • Infeksi menular seksual: 1 kasus
  • Kelainan motorik: 1 kasus

“Kasus-kasus tersebut sebagian besar masih berstatus tersangka dan dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk pemeriksaan lanjutan,” jelas Didi.

Edukasi PHBS Jadi Fokus Lanjutan

Dokter Puskesmas Belakangpadang, Vanny, menyatakan bahwa hasil pemeriksaan akan menjadi bahan evaluasi bersama para pemangku kepentingan, terutama dalam hal pembiasaan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia dini.

“Kebersihan, termasuk telinga, lebih banyak dijaga di rumah. Namun, setiap tahun ajaran baru, edukasi PHBS selalu diberikan di sekolah. Kader remaja juga didorong untuk melanjutkan kampanye PHBS agar kesadaran kesehatan semakin meningkat,” ujarnya.

Langkah edukatif tersebut diharapkan dapat menekan angka kasus serumen dan meningkatkan kesadaran kebersihan individu, khususnya di kalangan pelajar dan keluarga.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Ahmad Yusuf