
Pantau - Aksi massa anarkis yang terjadi di berbagai wilayah Jawa Timur menyisakan dampak besar, tidak hanya dari segi kerusakan fisik, tetapi juga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Polda Jawa Timur mencatat ratusan orang diamankan akibat perusakan fasilitas umum dan pembakaran bangunan, dengan total kerugian materi lebih dari Rp124 miliar.
Peristiwa ini menjadi cermin betapa rentannya situasi jika masyarakat mudah terprovokasi.
Gerakan "Warga Jaga Warga" Jadi Tanggapan Sosial Spontan
Sebagai respons atas situasi tersebut, masyarakat membentuk gerakan sosial bernama "Warga Jaga Warga" yang menekankan pentingnya solidaritas, kepedulian, dan partisipasi aktif warga dalam menjaga lingkungan, tanpa hanya bergantung pada aparat keamanan.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, menyatakan bahwa kondisi di lapangan kini relatif kondusif berkat patroli rutin, namun tetap menekankan pentingnya keterlibatan warga.
Masyarakat mulai mengaktifkan ronda malam, membentuk grup komunikasi daring antar-RT/RW, serta memperkuat ikatan sosial di lingkungan sekitar.
Dukungan Pemerintah dan Kearifan Lokal
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 100.3/3432/013.1/2025 pada 31 Agustus 2025 untuk merespons potensi gangguan keamanan.
SE tersebut mengatur beberapa langkah penting, antara lain:
- Penguatan sinergi antara pemda, TNI, Polri, dan instansi terkait.
- Pengamanan obyek vital secara preventif.
- Imbauan kepada sekolah, kampus, dan pesantren agar tidak melibatkan pelajar/mahasiswa dalam kegiatan berpotensi melanggar hukum.
- Pelibatan RT, RW, lurah, kepala desa, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas dalam menjaga lingkungan.
- Pengaktifan kembali program Kampung Tangguh dan Kampung Merah Putih.
- Pelibatan tokoh masyarakat, agama, dan adat dalam menjaga kerukunan sosial.
- Khofifah menegaskan bahwa pengendalian kegiatan masyarakat penting untuk mencegah potensi konflik sejak dini.
Siskamling Kembali Aktif, dari Sidoarjo hingga Surabaya
Di RW 1 Desa Bungurasih, Sidoarjo, ronda malam sudah aktif bahkan sebelum aksi anarkis terjadi, atas inisiatif kepala desa. Jadwal ronda dilaksanakan pukul 23.00–04.00 dengan tujuan mencegah tindak kriminal dan mempererat hubungan antarwarga.
Ketua RW 1, Abdul Wahid, mengimbau warga untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi.
Sementara itu, di Wonokromo, Surabaya, warga berhasil melindungi fasilitas umum dari upaya perusakan oleh oknum tak dikenal pada dini hari 30 Agustus 2025. Video yang diunggah akun Instagram @ini_surabaya memperlihatkan beberapa pria membawa bambu dan menyerang pengguna motor yang membawa bendera.
Siskamling sebagai Strategi Keamanan Komunitas
Siskamling (sistem keamanan lingkungan) dipahami sebagai partisipasi mandiri warga untuk menjaga keamanan.
Dalam ilmu kriminologi, siskamling merupakan bentuk crime prevention berbasis komunitas, sekaligus community policing yang mengedepankan kolaborasi warga dan aparat.
Menurut teori fungsi sosial Talcott Parsons:
- Fungsi manifest: menjaga keamanan lingkungan.
- Fungsi laten: mempererat solidaritas dan kohesi sosial.
Dalam perspektif sosiologi konflik, siskamling juga efektif meredam potensi konflik horizontal melalui forum interaksi sosial lintas kelompok.
Secara historis, siskamling berakar dari budaya gotong royong dan ronda kampung, dengan istilah lokal seperti "ronda" (Jawa), "poskamling", dan "bale ronda".
Modal Sosial Jadi Penopang Utama Pemulihan
Dosen Universitas Surabaya, Hayuning Purnama Dewi, menyebut bahwa pemulihan ekonomi pascakerusuhan bergantung pada rasa aman yang tercipta di masyarakat.
Kegiatan siskamling terbukti mendukung:
- Penguatan hubungan sosial.
- Peningkatan kepercayaan antarwarga.
- Tumbuhnya transaksi ekonomi lokal dan informal.
- Perputaran uang yang mempercepat pemulihan ekonomi jangka panjang.
Tanggung Jawab Bersama, Bukan Sekadar Slogan
Gerakan "Warga Jaga Warga" menegaskan bahwa keamanan adalah tanggung jawab kolektif — dari aparat hingga masyarakat.
Dukungan warga meringankan beban TNI-Polri. Partisipasi publik juga menjembatani efektivitas kebijakan pemerintah.
Yang terpenting, kebersamaan menciptakan rasa aman yang tak ternilai.
Kini, semangat gotong royong dan persaudaraan kembali diuji: apakah Jawa Timur mampu menjaga kondusifitas atau larut dalam polarisasi?
Tanda-tanda positif terlihat dari berbagai elemen masyarakat — dari kampung hingga kota, dari sekolah hingga pasar.
Dengan kekuatan solidaritas sosial, Jawa Timur optimistis bangkit dari masa sulit, memperkuat persaudaraan, dan melanjutkan pembangunan secara damai.
- Penulis :
- Aditya Yohan