
Pantau - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, mengusulkan pengembangan kebun pangan komunitas berbasis perempuan sebagai solusi penguatan ekonomi masyarakat serta percepatan kesetaraan gender, khususnya di daerah terpencil.
"Melalui kebun komunitas, kita bisa menciptakan supply chain baru di mana perempuan menjadi aktor utama," ungkap Veronica dalam diskusi Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) lintas kementerian dan lembaga di Jakarta, Selasa, 4 November 2025.
Model Ekonomi Berbasis Komunitas Perempuan Didukung Program Pemerintah
Veronica mencontohkan keberhasilan kebun komunitas di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mampu memproduksi komoditas lokal bergizi seperti jagung, umbi, dan labu, dan telah menjadi sumber penghidupan bagi perempuan setempat.
Kementerian PPPA sendiri telah meluncurkan program perdana Kebun Pangan Perempuan di Desa Turetogo, Kabupaten Ngada, bekerja sama dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), serta melibatkan kelompok perempuan dari tujuh kabupaten di Pulau Flores.
Hasil dari kebun perempuan ini disuplai ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) guna mendukung Program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah pusat.
Perempuan petani yang tergabung dalam program ini memperoleh penghasilan baru secara langsung dari hasil panen.
"Satu piring dihargai Rp15 ribu. Ini bukan bantuan, tapi ekonomi berkelanjutan. Toh dengan begitu tidak perlu bingung lagi cari sumber pendanaan dari mana pemerintah daerah itu. Model ini bisa menjadi contoh ekonomi sosial baru yang berpihak pada perempuan dan ramah lingkungan," jelas Veronica.
Kolaborasi Pentaheliks dan Edukasi Pangan Lokal Jadi Kunci
Veronica menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Desa, serta Kementerian Pekerjaan Umum untuk mendukung infrastruktur, akses air, dan pembiayaan kebun pangan perempuan.
"Kita ajarkan cara bertani, mengelola maggot, pupuk organik, bahkan membuat dapur berbasis bahan lokal seperti bambu," ujarnya.
Ia optimistis sistem ini jika dijalankan dengan konsisten akan membuat perempuan menjadi lebih mandiri serta diakui sebagai pelaku ekonomi produktif di tingkat desa.
Program ini mengusung prinsip koordinasi pentaheliks yang melibatkan pemerintah, desa, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media.
Selain itu, program menempatkan perempuan sebagai penggerak ekonomi pangan keluarga dengan memanfaatkan bahan pangan lokal dan edukasi gizi anak berbasis konsumsi segar dari kebun.
Agar berkelanjutan, program ini dirancang agar bisa direplikasi dan didampingi melalui materi sederhana dan platform belajar komunitas.
- Penulis :
 - Aditya Yohan
 - Editor :
 - Tria Dianti
 








