Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menaker Yassierli: Indonesia Harus Lahirkan Next Practices Hadapi Tantangan Dunia Kerja

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Menaker Yassierli: Indonesia Harus Lahirkan Next Practices Hadapi Tantangan Dunia Kerja
Foto: Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli saat menjadi pembicara kunci pada Indonesia Human Capital & Beyond Summit 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten (sumber: Kemnaker RI)

Pantau - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan pendekatan baru dalam menghadapi kompleksitas dunia kerja yang terus berkembang.

Tantangan Ketenagakerjaan yang Kian Kompleks

Yassierli menyebutkan bahwa hanya mengadopsi praktik terbaik dari negara lain tidak lagi cukup.

"Indonesia harus melahirkan next practices yang memadukan praktik terbaik global dengan kearifan lokal bangsa," ungkapnya.

Menurutnya, sejumlah isu besar perlu segera ditangani, salah satunya memperkuat keterkaitan antara pendidikan, pelatihan, dan kebutuhan dunia kerja.

"Ini adalah amanat konstitusi. Setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak," ujarnya.

Masalah klasik ketenagakerjaan juga masih kerap muncul, mulai dari upah tidak dibayar, diskriminasi, hingga pesangon yang tidak dipenuhi.

Selain itu, tantangan baru juga hadir dari pekerja platform di era digital yang membutuhkan kepastian perlindungan.

"Semua ini menegaskan pentingnya hubungan industrial yang sehat serta regulasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman," katanya.

Transformasi Berpusat pada Manusia

Yassierli menekankan perlunya perubahan paradigma dalam memandang pekerja.

Menurutnya, pekerja harus ditempatkan sebagai talenta sekaligus aset bangsa, terutama di tengah disrupsi teknologi, kecerdasan buatan, transisi hijau, serta dominasi generasi milenial dan Z dalam angkatan kerja.

"Generasi muda bekerja tidak hanya untuk mencari penghasilan, tapi juga makna. Survei menunjukkan 24 persen di antaranya rela meninggalkan pekerjaan jika tidak menemukan tujuan," ucapnya.

Ia menegaskan bahwa masa depan ketenagakerjaan menuntut transformasi yang berpusat pada manusia.

Organisasi, lanjutnya, perlu memberi ruang bagi generasi muda untuk berinovasi, mengubah budaya kontrol menjadi kolaborasi, serta membangun sistem kerja yang fleksibel dan bermakna.

Kompetensi masa depan, kata Yassierli, tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis, tetapi juga pada kemampuan belajar cepat, kecerdasan emosional, dan pola pikir desain.

Ketiga hal itu diyakini menjadi bekal penting menghadapi perubahan yang cepat.

"Birokrasi memang berbeda dengan korporasi. Tetapi jika birokrasi mampu gesit dan berpusat pada manusia, dampaknya akan luar biasa bagi bangsa," tegasnya.

Penulis :
Arian Mesa