
Pantau - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai harapan baru bagi ribuan anak di Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, melalui pembangunan dapur modern Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tidak hanya menyajikan makanan sehat, tetapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.
Dapur Standar Nasional, Tenaga Kerja Lokal
SPPG Asei Besar terletak tepat di tepi Pantai Rhobing yang menghadap langsung ke Danau Sentani, dengan bangunan permanen seluas 400 meter persegi dan area bongkar muat seluas 200 meter persegi di bagian depan dan belakang.
Dapur ini dirancang sebagai dapur bergizi modern berstandar nasional, menggunakan peralatan stainless steel food grade tipe 304 sesuai standar Badan Gizi Nasional (BGN).
Fasilitas ini juga dilengkapi laboratorium protein hewani yang berdiri terpisah, dilengkapi alat modern untuk memeriksa kualitas ikan, daging, dan bahan makanan lainnya agar tetap higienis dan sesuai standar gizi.
"Persiapan dapur telah mencapai 98 persen, dan semua peralatan sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)," ungkap Hesty Imelda Kere, Ketua Yayasan TEKER Harapan Papua.
Sebanyak 47 tenaga kerja lokal telah direkrut, terdiri dari ibu-ibu kampung dan anak muda di sekitar danau, yang dilatih sebagai juru masak, tenaga distribusi, dan staf pendukung lainnya.
Enam tenaga tambahan juga dilibatkan sebagai petugas keamanan, cleaning service, dan petugas lapangan.
Bahan makanan seperti ikan, ayam, sayur, dan beras dipasok oleh warga sekitar melalui kontrak kerja sama resmi agar pasokan terjamin setiap hari.
Nelayan Danau Sentani ikut terlibat sebagai pemasok ikan, yang wajib memenuhi ketentuan BGN dan standar laboratorium protein hewani sebelum masuk dapur.
Melayani Ribuan Anak dan Menjadi Roda Ekonomi Baru
SPPG Asei Besar ditargetkan melayani 3.969 hingga 4.000 siswa dari 35 sekolah mulai dari PAUD hingga SMA, termasuk sekolah di pulau-pulau dan pesisir Danau Sentani.
Tiga unit speedboat milik warga disewa secara permanen untuk mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah yang tidak bisa dijangkau lewat darat.
Pemilik speedboat memperoleh penghasilan jutaan rupiah per bulan, menunjukkan dampak ekonomi langsung dari program ini bagi masyarakat.
Distribusi makanan dilakukan setiap pagi, namun tetap menghadapi tantangan seperti angin kencang atau kerusakan mesin yang bisa menyebabkan keterlambatan.
Pihak SPPG telah mengantisipasi berbagai kendala distribusi agar pelayanan tetap maksimal.
Menurut Bupati Jayapura Yunus Wonda, program MBG merupakan bentuk perhatian nyata pemerintah pusat terhadap masa depan generasi Papua.
"Program ini bukan hanya soal makanan bergizi, tapi juga pemberdayaan masyarakat sekitar seperti nelayan, petani, pemilik speedboat, dan mama-mama kampung," ujarnya.
Setelah peresmian, pihak SPPG akan mengundang kepala sekolah, guru, dan orang tua untuk menyaksikan langsung proses memasak sebagai bentuk transparansi.
"Mama-mama kampung yang memasak, jadi anak-anak makan dari tangan orang tuanya sendiri," tambah Hesty.
Program ini digagas sebagai model perputaran ekonomi berbasis masyarakat lokal, dengan standar nasional, tenaga lokal, bahan terbaik, dan distribusi oleh warga setempat.
Hesty mengungkapkan bahwa kebahagiaan terbesarnya adalah saat makanan bergizi benar-benar sampai ke sekolah-sekolah terpencil di pulau-pulau kecil Danau Sentani.
Banyak anak di wilayah tersebut biasa berangkat sekolah tanpa sarapan, dan dengan adanya MBG, mereka bisa belajar dengan perut kenyang.
Program ini tidak hanya memberi makan, tetapi menjadi investasi besar untuk masa depan anak-anak Papua.
SPPG Asei Besar berdiri sebagai simbol harapan baru dari tepian Danau Sentani—bukan hanya menyelamatkan generasi, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf