Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Serangan Israel di Doha Guncang Peran Qatar, AS Murka, Proses Perdamaian Gaza Terancam

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Serangan Israel di Doha Guncang Peran Qatar, AS Murka, Proses Perdamaian Gaza Terancam
Foto: (Sumber: Petugas keamanan terlihat di dekat lokasi serangan udara Israel di Doha, Qatar (9/9/2025). ANTARA/Xinhua/Nikku/aa.)

Pantau - Serangan udara Israel ke sebuah gedung di Doha, Qatar, pada 9 September 2025 menewaskan lima anggota Hamas dan satu petugas keamanan lokal, memicu gelombang kecaman internasional serta mengguncang stabilitas geopolitik kawasan.

Serangan ini bukan sekadar operasi militer, melainkan simbol baru meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang melibatkan kepentingan diplomatik, strategi keamanan, dan psikologi politik antarnegara.

" Qatar yang selama ini menjadi mediator dipercaya dan dihormati kini menghadapi ujian paling serius," ujar salah satu analis hubungan internasional menanggapi dampak dari peristiwa tersebut.

Qatar dan Negara Kawasan Mengecam, Kredibilitas Mediasi Terancam

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman secara tegas mengecam serangan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara.

Kecaman juga datang dari sejumlah negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, dan Turki, yang menilai serangan tersebut sebagai tindakan yang melukai martabat kawasan.

Qatar selama ini berperan sebagai mediator utama dalam konflik Gaza, namun serangan ini berpotensi menggerus kepercayaan terhadap proses perdamaian yang selama ini dipimpinnya.

Serangan turut mengguncang jaringan diplomatik yang dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.

Meski begitu, Qatar menegaskan tetap melanjutkan upaya mediasi perdamaian Gaza.

" Qatar sebut serangan Israel tak hentikan upaya mediasi perdamaian Gaza," tegas pernyataan resmi pemerintah.

Target Serangan: Hamas dan Peran Strategis Doha

Ada dua alasan utama di balik keputusan Israel melancarkan serangan ke Doha:

Menargetkan pejabat senior Hamas yang sedang membahas proposal perdamaian Gaza yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.

Mengganggu eksistensi Doha sebagai markas politik Hamas dan pusat negosiasi gencatan senjata sejak 2012.

Serangan ini sarat pesan strategis dari Israel untuk:

  • Melumpuhkan struktur kepemimpinan Hamas.
  • Menunjukkan bahwa tidak ada tempat aman, bahkan di kota diplomasi seperti Doha.

Secara psikologis, langkah ini bertujuan menekan Hamas sekaligus melemahkan posisi Qatar dalam percaturan mediasi Timur Tengah.

Amerika Serikat Murka, Kepentingan Strategis AS Terganggu

Serangan tersebut memicu reaksi keras dari Amerika Serikat.

Donald Trump, yang kembali aktif secara politik di Washington, dilaporkan marah terhadap langkah Israel yang dianggap merusak kalkulasi strategis AS di kawasan.

Bagi Amerika Serikat, keberadaan Hamas di Doha justru memberi keuntungan karena memudahkan pemantauan aktivitas kelompok tersebut, apalagi Qatar menjadi lokasi pangkalan militer terbesar AS di kawasan.

Serangan ini dinilai mengganggu strategi utama Washington yang bertujuan mencegah Hamas berpindah ke Iran—sekutu militan dan musuh utama Israel-AS di Timur Tengah.

Dengan menyerang Doha, Israel dianggap tidak hanya menantang Qatar, tetapi juga menantang strategi diplomatik dan keamanan Amerika Serikat.

Risiko Eskalasi Regional dan Masa Depan Perdamaian Gaza

Pertanyaan besar muncul di kalangan pengamat politik internasional: apakah serangan ini akan memicu perang regional?

Meski sejumlah analis meragukan kemungkinan eskalasi berskala besar, mereka tetap menilai bahwa ini adalah ancaman serius yang dapat memperumit dinamika politik dan keamanan di kawasan.

Serangan Israel ke Doha kini menjadi tantangan besar dalam upaya mewujudkan perdamaian di Gaza, sekaligus membuka babak baru dalam konflik Timur Tengah yang sudah lama berlangsung.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti