Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BMKG Catat 18.503 Sambaran Petir di Bali Saat Bencana Banjir, Tabanan Jadi Wilayah Terparah

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

BMKG Catat 18.503 Sambaran Petir di Bali Saat Bencana Banjir, Tabanan Jadi Wilayah Terparah
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Hujan lebat disertai petir. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/pras/aa.)

Pantau - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 18.503 sambaran petir terjadi di Bali selama periode 8–14 September 2025, yang bertepatan dengan masa pra dan tanggap darurat bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah provinsi tersebut.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG, Rully Oktavia Hermawan, menyatakan bahwa jenis sambaran petir dari awan ke tanah (cloud to ground/CG) tercatat paling dominan.

"Sambaran petir dari awan ke tanah lebih banyak," ujarnya.

Petir CG Lebih Berbahaya, Dominasi Sambaran Negatif

Dari total sambaran petir, 15.979 merupakan petir CG dan 2.524 terjadi di dalam awan (intracloud/IC).

BMKG menegaskan bahwa sambaran petir dari awan ke tanah adalah yang paling berbahaya karena berpotensi merusak bangunan, menyebabkan kebakaran, hingga mengakibatkan kematian.

Dari 15.979 sambaran CG yang terdeteksi:

  • 5.857 merupakan petir bermuatan positif (CG+), dengan ciri sambaran tunggal
  • 10.122 merupakan petir bermuatan negatif (CG-), yang bercabang banyak dan meluas

Distribusi sambaran petir tertinggi terjadi di Kabupaten Tabanan, yaitu sebanyak 8.265 sambaran, disusul:

  • Badung: 2.390 sambaran
  • Buleleng: 1.921 sambaran
  • Gianyar: 826 sambaran
  • Klungkung: 821 sambaran
  • Kota Denpasar: 688 sambaran

Wilayah lainnya tercatat memiliki jumlah sambaran petir yang lebih sedikit.

BMKG menjelaskan bahwa tingginya aktivitas petir di Tabanan menandakan potensi besar terbentuknya awan konvektif atau awan hujan, khususnya awan Cumulonimbus (CB), yang paling sering menghasilkan petir.

Hujan Ekstrem Picu Bencana Besar

Banjir besar dan tanah longsor yang melanda Bali terjadi secara bersamaan pada Rabu dini hari, 10 September 2025, setelah hujan ekstrem mengguyur wilayah tersebut sejak Selasa, 9 September 2025.

BMKG mencatat curah hujan mencapai 380 milimeter dalam satu hari, setara dengan curah hujan satu bulan penuh.

Bencana ini berdampak pada tujuh kabupaten/kota, yaitu:

  • Kota Denpasar
  • Kabupaten Gianyar
  • Tabanan
  • Klungkung
  • Bangli
  • Karangasem
  • Jembrana

Gubernur Bali, Wayan Koster, menyebut bahwa bencana ini merupakan yang terparah dalam 70 tahun terakhir.

Akibat kejadian tersebut, 18 orang dilaporkan meninggal dunia dan empat orang lainnya masih dalam pencarian.

Pemerintah Provinsi Bali resmi mencabut status tanggap darurat banjir pada Rabu, 17 September 2025, dan saat ini memasuki tahap pemulihan.

Penulis :
Ahmad Yusuf