Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

15 Ribu Siswa di Tarakan Sudah Nikmati Program Makan Bergizi Gratis, DPRD Ingatkan Soal Bahan Baku dan Dapur

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

15 Ribu Siswa di Tarakan Sudah Nikmati Program Makan Bergizi Gratis, DPRD Ingatkan Soal Bahan Baku dan Dapur
Foto: (Sumber: Wali Kota Tarakan, Khairul. ANTARA/Susylo Asmalyah)

Pantau - Sebanyak 15 ribu siswa SD, SMP, dan SMA di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, telah menerima manfaat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari total sasaran sebanyak 52 ribu siswa.

Dapur Masih Terbatas

Wali Kota Tarakan Khairul menjelaskan bahwa keterbatasan jumlah dapur menjadi alasan program belum berjalan penuh.

"Hal tersebut dikarenakan dapur MBG masih banyak yang belum disetujui. Kalau buru-buru, lalu ada keracunan, ditanya lagi kenapa," ungkapnya.

Saat ini, dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) untuk MBG di Tarakan baru berjumlah lima, yaitu dua di Kelurahan Juwata, satu di Karang Anyar, satu di Kampung Baru, dan satu di Pamusian.

Khairul menegaskan bahan baku untuk program tidak mengalami kendala.

"Bahan baku untuk program tidak ada masalah, bahkan berlebihan. Sedangkan untuk dapur, pihak lain hanya bisa melihat dari luar menggunakan masker dan tidak boleh masuk," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sebenarnya ada 20 dapur SPPG termasuk untuk ibu hamil dan balita, namun saat ini Pemkot Tarakan fokus pada siswa sekolah terlebih dahulu sebelum meluas ke kelompok sasaran lain.

DPRD Soroti Bahan Baku dan Alur Dapur

Anggota Komisi 2 DPRD Kota Tarakan, Yuli Indrayani, mengingatkan potensi persoalan penyediaan bahan baku jika semua dapur MBG berjalan bersamaan.

"Memang dari hasil kunjungan lapangan ini, yang kita dapatkan memang dari sumber bahan baku. Jadi, dikhawatirkan dari SPPG ini ketika nanti semua dapur berjalan bersamaan, ketakutan akan sumber bahan baku yang tersedia itu yang kurang," ujarnya setelah meninjau SPPG Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan pada Selasa (30/9).

Menurut Yuli, sektor ketahanan pangan, pertanian, dan peternakan perlu dilibatkan untuk mendukung pasokan bahan baku, terutama ayam dan telur lokal.

"Kalau pada saat bersamaan menunya semua ayam, nah yang ditakutkan itu ayam yang tersedia di pasar tidak ada. Begitu juga dengan telur, begitu kebutuhan akan telur itu meningkat, pasti akan terjadi kenaikan harga dan risiko terjadi kelangkaan serta inflasi jika permintaan serentak," jelasnya.

Selain bahan baku, Yuli juga menyoroti kondisi fisik dapur SPPG SMA Muhammadiyah Tarakan yang masih belum ideal.

"Kalau untuk kondisinya ya, karena dapur ini menggunakan bagian dari sekolah, jadi otomatis ruangannya banyak yang bersekat-sekat, juga ruangan terbukanya juga banyak, jadi alur masuknya ini masih belum sesuai," katanya.

Ia menambahkan bahwa alur kerja dari proses loading barang, pengecekan, penyimpanan, hingga pemotongan bahan baku masih berpindah-pindah ruang, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kontaminasi.

"Yang kita takutkan dengan alur ini, kontaminasi bahan makanan itu semakin besar. Masukannya mungkin perbaikan alurnya saja," pungkasnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf