
Pantau - Simone Haak, seniman keramik asal Belanda, pertama kali mengira kunjungannya ke Jingdezhen, China timur, 13 tahun lalu hanyalah persinggahan biasa. Namun kini, setelah 20 kunjungan, kota dengan sejarah keramik lebih dari 2.000 tahun itu telah menjadi rumah keduanya.
Pada musim gugur 2025, Haak kembali ke Jingdezhen untuk mengikuti pameran seni internasional di Taoxichuan, kompleks warisan industri yang kini menjadi pusat seni dan kreativitas keramik.
Pameran yang berlangsung pada 17–19 Oktober 2025 itu menghadirkan 450 stan seniman dari berbagai negara.
Banyak di antara mereka adalah peserta berulang—termasuk Haak yang kerap membawa kelompok seniman ke Jingdezhen karena kota ini dinilainya sebagai “tempat di mana para seniman dapat menemukan semua yang diinginkan.”
Jingdezhen: Tradisi, Modernitas, dan Magnet Seniman Dunia
Jingdezhen terletak di Provinsi Jiangxi dan dihuni oleh sekitar 1,6 juta jiwa.
Kota ini telah dikenal dunia selama ribuan tahun sebagai pusat produksi porselen legendaris, yang dibuat dari tanah liat lokal dan dibakar di tungku khas.
Kini, nama “Jingdezhen” telah menjadi sinonim dari porselen itu sendiri.
Haak menilai kota ini sebagai perpaduan langka antara tradisi dan modernitas, didukung oleh sistem industri keramik yang terintegrasi penuh.
Bukan hanya seniman Eropa yang terpesona oleh daya tarik Jingdezhen.
Hyehyeon Kwon, seniman asal Korea Selatan, menyebut pengalamannya di kota ini sebagai “melangkah ke surga keramik.”
“Elemen-elemen keramik bisa dilihat di mana-mana, bahkan lampu jalanan pun terbuat dari porselen, dan banyak dinding dihiasi pecahan keramik,” ujarnya.
Lim Sang Choon dari Singapura menambahkan, “Banyak keluarga lokal terhubung dengan kerajinan keramik. Di sini, Anda bisa mendapatkan pemahaman yang benar-benar komprehensif tentang kerajinan ini.”
Wisata Budaya Keramik Meningkat Tajam, Didorong Kemudahan Akses dan Layanan
Jingdezhen mencatat lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara.
Selama sembilan bulan pertama tahun 2025, total kunjungan mencapai 124.700 orang, naik 36,83 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan pariwisata inbound mencapai 73,61 juta yuan (sekitar 10,3 juta dolar AS), meningkat 44,16 persen year-on-year.
Wang Yao, wakil direktur biro kebudayaan dan pariwisata kota, menyebut berbagai kebijakan diterapkan agar wisatawan merasa nyaman.
Fasilitas multibahasa telah tersedia untuk layanan navigasi, pembelian tiket, hingga pemesanan.
Sebanyak 917 toko di kota itu kini menerima pembayaran dengan kartu luar negeri.
Pendaftaran hotel telah disederhanakan dan tersedia tujuh gerai pengembalian dana pajak.
Zhang Bei, manajer produk dari Jingdezhen Taoxichuan International Travel Service Co., Ltd., menyebut wisatawan terbanyak berasal dari Australia, Amerika, dan Eropa—dengan Australia dan Prancis sebagai kelompok terbesar.
Zhang juga mencatat pergeseran tren: wisatawan kini lebih tertarik pada kota kecil dan pengalaman budaya otentik daripada wisata konvensional.
Salah satu aktivitas favorit wisatawan adalah membuat “keramik ujung jari”—kerajinan porselen mini seukuran kuku yang bisa dicat dan dibawa pulang sebagai cendera mata.
“Mereka penasaran dengan alasan di balik teknik tertentu, sejarah kerajinan, dan warisan budaya,” jelas Zhang.
“Sekali ke China, Anda Akan Ketagihan”
Kebijakan bebas visa yang diterapkan pemerintah China tahun ini juga turut memperlancar kedatangan seniman dan wisatawan internasional.
Warga dari 76 negara kini dapat masuk tanpa visa, baik secara sepihak maupun timbal balik.
Bahkan, 55 negara mendapatkan fasilitas transit bebas visa hingga 10 hari jika melanjutkan perjalanan ke negara ketiga.
Bagi Simone Haak, Jingdezhen bukan sekadar destinasi pameran, tetapi juga jembatan budaya dan tempat membangun persahabatan.
Ketika ditanya apakah ia akan merekomendasikan China kepada orang lain, ia tersenyum lebar dan menjawab:
“Saya selalu merekomendasikannya. Saya bilang, sangat berbahaya pergi ke China karena sekali ke sana, Anda akan ketagihan dan ingin kembali lagi ke sana.”
- Penulis :
- Aditya Yohan








