billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Mendag RI Dorong Penyelesaian ASEAN-Canada FTA pada 2026 dan Penguatan Kerja Sama Ekonomi Kawasan

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Mendag RI Dorong Penyelesaian ASEAN-Canada FTA pada 2026 dan Penguatan Kerja Sama Ekonomi Kawasan
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Joint Foreign and Economic Ministers Meeting) yang digelar di sela rangkaian KTT ASEAN ke-47, di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu 25/10/2025 (sumber: Kementerian Perdagangan)

Pantau - Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyampaikan harapan agar proses negosiasi perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dan Kanada (ASEAN-Canada FTA) dapat rampung pada tahun 2026.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Joint Foreign and Economic Ministers Meeting) yang berlangsung di sela KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia.

"ASEAN saat ini sedang melakukan negosiasi ASEAN-Canada FTA dan Indonesia berharap proses ini dapat diselesaikan pada 2026," ungkapnya.

Ia menambahkan, "Ke depan, ASEAN juga perlu menjajaki kerja sama baru dengan mitra strategis lainnya seperti Uni Eropa dan Dewan Kerja Sama Kawasan Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) untuk memperkuat diversifikasi ekonomi kawasan."

Penguatan Kemitraan Ekonomi dan Rantai Pasok

Budi menegaskan pentingnya memperdalam dan memperluas kemitraan ekonomi melalui proses aksesi guna melengkapi manfaat dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).

Ia menyebut RCEP sebagai tonggak penting dalam memperkuat integrasi ekonomi regional dan membuka peluang pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, serta berdaya saing tinggi di kawasan Asia-Pasifik.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan dan modernisasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN Plus One FTA agar kawasan dapat memperluas akses pasar, mendorong inovasi, dan memperkuat konektivitas rantai pasok.

Dalam forum tersebut, Budi turut menyoroti pentingnya penguatan koordinasi lintas pilar antara ekonomi dan keamanan untuk merespons dinamika geoekonomi dan geopolitik global yang kian kompleks.

"Koordinasi ini dilakukan untuk memastikan ASEAN tetap tanggap, adaptif, dan responsif terhadap dinamika global yang semakin kompleks," ia mengungkapkan.

Laporan AGR 2025 dan Peran Aktif Indonesia

Pertemuan para menteri juga membahas laporan dan rekomendasi ASEAN Geoeconomics Report (AGR) 2025 yang disusun oleh ASEAN Geoeconomics Task Force (AGTF).

Laporan tersebut dianggap mampu menyusun peta jalan yang strategis untuk memperkuat langkah kolektif ASEAN ke depan.

Salah satu agenda utama dalam pembahasan adalah rencana institusionalisasi AGTF guna menjamin keberlanjutan dialog lintas pilar di lingkungan ASEAN.

"Indonesia berperan aktif dalam proses penyusunan laporan ini dan kami bangga karena laporan tersebut mencerminkan pemahaman dan kesepakatan bersama negara-negara ASEAN tentang bagaimana membangun ketahanan ekonomi kawasan, sambil tetap menjaga ASEAN sebagai kawasan yang terbuka dan berorientasi ke luar," ujar Budi.

Penulis :
Arian Mesa