Pantau - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mengajak generasi muda menjadikan Hari Sumpah Pemuda sebagai momentum untuk memperkuat kolaborasi, kerja keras, dan persatuan demi mewujudkan Jakarta sebagai kota global yang berdaya saing dan berkarakter.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Rano memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Halaman Balai Kota DKI Jakarta pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Upacara ini dihadiri oleh jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi DKI Jakarta.
Rano menegaskan bahwa masa depan Jakarta dan Indonesia berada di tangan generasi muda yang berani bermimpi, tidak mudah menyerah, serta mencintai tanah air melalui tindakan nyata.
“Saya percaya masa depan Jakarta dan Indonesia ada di tangan kita yang tak takut bermimpi, tak lelah mencoba, dan tak berhenti mencintai negeri ini,” ungkapnya.
Pemprov DKI Dorong Akses Pendidikan dan Prestasi Pemuda
Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan generasi muda, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menghadirkan berbagai kebijakan yang berpihak kepada anak-anak muda.
Salah satunya melalui program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) untuk memastikan seluruh anak dan pemuda Jakarta mendapatkan akses pendidikan yang layak dan setara.
Tak hanya pendidikan, pengembangan prestasi di bidang olahraga juga menjadi perhatian Pemprov DKI.
Dalam waktu dekat, Jakarta akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XVII dan Pekan Olahraga Paralimpik Pelajar Nasional (PEPAPERNAS) XI tahun 2025.
“Saya berharap para atlet muda kita dapat meraih hasil terbaik. Kita ingin Jakarta tidak hanya sukses sebagai tuan rumah penyelenggara, tetapi juga sukses secara prestasi,” ujarnya.
Semangat Persatuan 1928 Harus Terus Dihidupkan
Rano juga mengajak masyarakat, khususnya generasi muda Jakarta, untuk meneladani semangat Sumpah Pemuda yang telah diwariskan para pemuda tahun 1928.
Menurutnya, nilai-nilai persatuan dan semangat kebangsaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda masih sangat relevan dan harus terus dijadikan landasan dalam membangun bangsa.
“Kita perlu belajar lagi dari kaum muda di tahun 1928 bahwa persatuan bukanlah hadiah, melainkan keputusan. Persatuan bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, melainkan sesuatu yang diperjuangkan, dirawat, dan dengan sadar kita pilih setiap hari,” ia menegaskan.
- Penulis :
- Aditya Yohan
