
Pantau.com - Selisih elektabilitas dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden semakin menipis. Survei Median menyebutkan selisih elektabilitas itu hanya terpaut 9,2 persen dari sebelumnya pada November 2018 masih berjarak 12,2 persen.
Eksekutif Median Rico Marbun menyebut elektabilitas Joko Widodo-Maruf Amin sebesar 47,9 persen, naik 0,2 persen sejak November 2018. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 38,7 persen, naik 3,2 persen sejak November 2018.
Baca juga: Survei Charta Politika: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 53,2 Persen vs Prabowo-Sandiaga 34,1 Persen
Walau sama-sama naik, menurut Rico kedua Paslon belum mencapai angka elektabilitas yang aman.
"Ini warning untuk pasangan 01 terutama untuk bekerja lebih keras. Tapi ini warning juga untuk Paslon 02 karena walaupun naik 3 persen, tapi ini terlalu lambat. Kalau kita ambil secara linear mungkin tidak akan terkejar kalau pergerakan terlalu lambat," kata Rico dalam konferensi pers dikawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Rico mengatakan kedua Paslon perlu memperbaiki pesan yang hendak disampaikan kepada masyarakat dalam setiap kampanye. Rico mencontohkan, Paslon petahana seharusnya lebih menjual program solusi menangani beban hidup keseharian seperti harga bahan pokok dan pengangguran daripada gembar-gembor tentang pembangunan infrastruktur.
"Tema tentang beban kehidupan keseharian adalah tema lebih penting daripada infrastruktur. Sehingga keberhasilan infrastruktur akhirnya punya kesan berhasil tapi sedang saja. Sementara bukan itu yang mereka butuhkan," ujarnya.
Baca juga: Survei Alvara: Elektabilitas Kedua Capres-Cawapres Tak Berubah Signifikan
Tema beban hidup keseharian itu yang kemudian dimanfaatkan oleh paslon oposisi. Namun, Prabowo-Sandi dinilai belum mampu menegaskan masyarakat bahwa mereka mampu menggantikan petahana.
"Paslon 02 PR terberat adalah mereka harus mampu menunjukan bahwa mereka mampu menggantikan pak Jokowi. Orang butuh yang konkrit yang apa dari Prabowo," ucapnya.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi