
Pantau - Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik menargetkan seluruh guru agama Katolik di Indonesia akan memiliki sertifikasi profesi pada tahun 2026 sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu pendidikan.
Sertifikasi Didorong untuk Kesejahteraan dan Pengakuan Profesi
Direktur Pendidikan Katolik, Albertus Triyatmojo, menyatakan bahwa proses sertifikasi ini ditujukan agar para guru mendapatkan tunjangan dan insentif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
"Kami ingin memastikan seluruh guru Katolik memiliki sertifikasi profesi pada 2026 agar mereka memperoleh tunjangan dan insentif sesuai amanat undang-undang," ungkapnya.
Berdasarkan data tahun 2025, terdapat 18.015 guru Pendidikan Agama Katolik di seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 8.017 guru telah bersertifikat, sementara 4.272 guru tengah mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Sebanyak 2.145 guru lainnya ditargetkan menyelesaikan proses sertifikasi pada tahun 2026.
Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi dan Penyaluran Dana Miliaran Rupiah
Direktorat Pendidikan Katolik menggandeng sejumlah perguruan tinggi dalam penyelenggaraan PPG, termasuk Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Sanata Dharma (USD).
"Melalui kerja sama ini kami ingin memastikan pelaksanaan PPG berjalan efektif, dengan pendekatan akademik yang kuat dan berakar pada nilai-nilai Katolik," jelas Albertus Triyatmojo.
Di samping itu, terdapat lembaga pendidikan keagamaan Katolik seperti 73 Taman Seminari dengan 244 guru, serta 49 Sekolah Menengah Agama Katolik (SEMAK) yang menaungi 541 guru.
Program sertifikasi ini turut ditopang oleh alokasi dana lebih dari Rp56 miliar untuk mendukung kesejahteraan para guru agama Katolik.
Rincian dana tersebut meliputi insentif sebesar Rp8,65 miliar, tunjangan khusus Rp18,28 miliar, dan Tunjangan Profesi Guru (TPG) Non-ASN sebesar Rp29,35 miliar.
"Dana ini kami prioritaskan bagi para guru non-ASN dan guru di wilayah 3T agar mereka mendapatkan hak yang sama dan bisa hidup lebih layak," kata Albertus.
Ia menambahkan, program ini juga bertujuan mendorong semangat pelayanan dan pengembangan metode pengajaran yang lebih kontekstual dan kreatif di lingkungan sekolah Katolik.
"Kesejahteraan bukan hanya soal finansial, tetapi juga tentang pengakuan negara atas dedikasi guru Katolik dalam membentuk karakter dan spiritualitas peserta didik," tegasnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf









