
Pantau - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menegaskan pentingnya etika dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat menjadi pembicara kunci dalam seminar internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia–Afrika (KAA) di Blitar, Jawa Timur, Sabtu, 1 November 2025.
Dalam pidatonya, Megawati menekankan bahwa kemajuan teknologi, khususnya AI, harus dibatasi oleh nilai-nilai moral dan kemanusiaan agar tidak menjadi alat penindasan baru.
"Kemajuan teknologi tanpa dasar moral hanya akan melahirkan bentuk penindasan baru," ungkapnya.
Ia menilai bahwa dunia saat ini bergerak sangat cepat secara teknologi, namun mulai kehilangan arah secara moral.
Menurut Megawati, meskipun teknologi seperti AI, big data, dan sistem digital lintas batas membawa banyak peluang, teknologi tersebut juga berisiko menjadi instrumen dominasi baru apabila tidak disertai tanggung jawab sosial.
"Kita menyaksikan bagaimana teknologi mampu menembus batas negara, tetapi sekaligus mengikis batas nurani. Karena itu, AI harus diatur bukan hanya oleh hukum, tetapi juga oleh moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan," ia mengungkapkan.
Dunia Kehilangan Pedoman Etika AI
Mengutip laporan World Economic Forum 2025, Megawati menyampaikan bahwa lebih dari 60 persen pemimpin dunia mengakui belum adanya konsensus global terkait etika AI, termasuk dalam hal penggunaan data dan tanggung jawab algoritma.
Ketiadaan pedoman ini menurutnya menimbulkan risiko diskriminasi digital, penyalahgunaan informasi, dan manipulasi sosial serta politik berbasis data.
Sebagai jawaban terhadap tantangan tersebut, Megawati menawarkan Pancasila sebagai kerangka etik universal untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan.
"Pancasila menyeimbangkan antara dunia materiil dan spiritual, antara hak individu dan tanggung jawab sosial. Prinsip itu penting diterapkan dalam dunia digital yang cenderung menuhankan efisiensi," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa teknologi tidak boleh menjauhkan manusia dari tanggung jawab sosial dan solidaritas kemanusiaan.
Indonesia sebagai Pengusung Kepemimpinan Moral
Megawati mengajak seluruh pihak untuk meneladani keberanian moral Bung Karno dalam menghadapi tantangan global masa kini.
"Kita membutuhkan keberanian moral seperti yang pernah ditunjukkan Bung Karno. Dunia memerlukan kepemimpinan yang bukan hanya visioner, tetapi juga berperikemanusiaan," tegasnya.
Ia memposisikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi memimpin gerakan etika global di era kecerdasan buatan.
Menurut Megawati, Indonesia memiliki dua keunggulan utama: populasi digital yang besar dan fondasi nilai kemanusiaan yang kuat.
Data dari ITU 2025 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan pertumbuhan AI tercepat di dunia.
Namun, hingga kini, Indonesia belum memiliki kerangka hukum dan etika nasional yang komprehensif untuk mengatur penggunaan dan pengembangan AI.
Situasi ini disebut Megawati sebagai sebuah "panggilan moral baru" bagi negara-negara Selatan Dunia (Global South) untuk tampil sebagai kekuatan moral baru.
"Dunia yang baru bukanlah dunia yang tunduk pada mesin dan modal, tetapi dunia yang menempatkan manusia sebagai pusat peradaban. Mari kita bangun dunia yang tidak diatur oleh algoritma tanpa hati nurani, tetapi oleh nilai-nilai yang memuliakan kehidupan," serunya.
- Penulis :
- Arian Mesa










