
Pantau - Delegasi Republik Indonesia yang akan menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Brasil melakukan penanaman pohon sebagai langkah konkret untuk mengimbangi emisi karbon dari perjalanan panjang menuju Amerika Latin.
Aksi Nyata untuk Mengimbangi Emisi Perjalanan Dinas
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa perjalanan dari Jakarta ke São Paulo, Brasil, menempuh jarak sekitar 16.000 kilometer dan menghasilkan sekitar 2,6 ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e) per orang untuk sekali pulang-pergi.
"Gerakan ini menunjukkan bahwa setiap langkah diplomasi internasional yang kita tempuh selalu diiringi dengan aksi nyata di dalam negeri. Inilah makna sejati dari Think Globally Act Locally," ujar Hanif.
Penanaman pohon dilakukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hanif menegaskan bahwa keberangkatan delegasi Indonesia ke forum iklim dunia seperti COP30 harus dibarengi dengan tanggung jawab ekologis nyata, bukan hanya simbolik.
Kolaborasi Pentaheliks dan Manfaat Ekologis-Ekonomis Jangka Panjang
Kegiatan penanaman pohon ini melibatkan berbagai pihak, termasuk kementerian dan lembaga, mitra pembangunan, pelaku dunia usaha, akademisi, pemerhati lingkungan, serta kelompok masyarakat lokal.
Kolaborasi tersebut mencerminkan pendekatan pentaheliks yang menjadi fondasi dalam transisi menuju pembangunan rendah karbon di Indonesia.
"Keberhasilan agenda iklim tidak berhenti pada dokumen dan forum internasional, melainkan tercermin dari kesinambungan aksi di lapangan. Karena itu, KLH/BPLH mendorong agar penanaman pohon menjadi bagian dari setiap agenda perjalanan dinas," tegas Hanif.
Jenis pohon yang ditanam di KHDTK Sukamakmur termasuk tanaman Multi-Purpose Tree Species (MPTS) seperti alpukat, durian, mangga, dan jambu.
Tanaman tersebut dipilih karena mampu memperkuat perlindungan tanah dan air, memperbaiki kesuburan tanah, mendukung mitigasi perubahan iklim, serta membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Penanaman di KHDTK Sukamakmur bukan sekadar upaya menurunkan emisi, tetapi juga langkah adaptasi untuk mengurangi risiko bencana," ujar Hanif.
Langkah ini juga sejalan dengan target nasional dalam rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan hutan lestari, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
- Penulis :
- Aditya Yohan








