Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ketua BGN Usulkan Program Makan Bergizi Gratis untuk Masyarakat Badui Masuk Kategori 3T

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Ketua BGN Usulkan Program Makan Bergizi Gratis untuk Masyarakat Badui Masuk Kategori 3T
Foto: Tiga anak Badui tengah membantu untuk mengangkut barang-barang pengunjung Seba Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten (sumber: ANTARA/Mansur)

Pantau - Ketua Koordinator Badan Gizi Nasional (BGN) Kabupaten Lebak, Asep Royani, mengusulkan agar masyarakat Suku Badui mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai bagian dari wilayah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) mulai tahun 2026.

Asep menyampaikan bahwa program MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dinilai sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat Badui yang tersebar di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak.

"Kami berharap usulan program MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk masyarakat Badui kategori 3T dapat direalisasikan tahun 2026", ungkapnya.

Menurut Asep, kelompok masyarakat Badui seperti anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita merupakan pihak yang layak menerima manfaat program tersebut.

Kajian Teknis dan Tantangan Distribusi

Saat ini, pihak BGN sedang melakukan kajian terkait teknis dan mekanisme pendistribusian MBG di wilayah permukiman masyarakat Badui yang terletak di daerah pegunungan dan perbukitan.

Topografi yang menantang ini menjadi perhatian utama agar distribusi MBG dapat dilakukan secara merata dan tepat sasaran.

Ketua Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI), Muhammad Arief Kirdiat, menyatakan dukungannya terhadap program ini karena diyakini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Badui.

"Kami memperkirakan sekitar 4.000 anak Badui yang perlu mendapatkan MBG", ia mengungkapkan.

Ia juga menambahkan bahwa penyebaran MBG secara teknis memungkinkan untuk dilakukan melalui beberapa titik distribusi.

Selama ini, wilayah Badui mengalami berbagai persoalan kekurangan gizi yang menyebabkan penyakit seperti tuberkulosis (TBC) dan stunting, sehingga intervensi melalui program MBG dinilai mendesak untuk dilakukan.

Penulis :
Arian Mesa