
Pantau - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta delegasi Indonesia untuk memperjuangkan target pengurangan emisi nasional dan mengoptimalkan potensi perdagangan karbon dalam negeri selama Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) yang berlangsung di Belém, Brasil, 10–21 November 2025.
Fokus pada Perdagangan Karbon Berkualitas Tinggi
Indonesia menargetkan transaksi senilai Rp16 triliun dari perdagangan karbon berkualitas tinggi yang mencakup seluruh sektor, terutama sektor berbasis alam dan teknologi.
Hanif menyatakan, “Terutama di sektor alam, yaitu sektor forestry dan ocean. Kemudian di sektor tech-based dari sektor energi dan industri. Jadi dua sektor itu kita harapkan berkontribusi sampai di angka 90 juta ton CO₂ dengan nilai transaksi kami perkirakan sampai Rp16 triliun.”
Kementerian Lingkungan Hidup menyiapkan 130 negosiator yang akan berjuang di 13 agenda besar melalui diplomasi iklim untuk memperkuat posisi Indonesia dalam aksi mitigasi global.
Pavilion Indonesia dan Sesi Perdagangan Karbon
Selama COP30, Indonesia juga membuka Pavilion Indonesia sebagai ruang promosi kebijakan dan inisiatif iklim nasional, termasuk sesi Seller Meet Buyer (SMB) yang diadakan setiap hari selama satu jam.
Sesi SMB dirancang untuk mempertemukan calon penjual dan pembeli karbon, dengan harapan mendorong transaksi hingga 90 juta ton CO₂ hingga akhir konferensi.
Hanif menambahkan, “Jadi di dalam prime time-nya kita menyiapkan kegiatan terkait dengan seller meet buyer. Ini diharapkan akan bisa mendulang potensi 90 juta ton CO₂ sampai berakhirnya COP ini.”
Indonesia berharap kehadirannya dalam COP30 tidak hanya memperkuat komitmen pengurangan emisi, tetapi juga menarik minat investor dalam perdagangan karbon domestik sebagai bagian dari strategi transisi menuju ekonomi hijau.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








