
Pantau - Putri Presiden ke-2 Republik Indonesia, Siti Hardijanti Hastuti (Tutut Soeharto), menyatakan bahwa perbedaan pendapat terkait penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada ayahandanya, Soeharto, merupakan hal yang wajar dalam kehidupan demokrasi.
Tutut menekankan pentingnya melihat perjuangan Soeharto sejak masa muda hingga wafat, termasuk peran aktifnya dalam sejarah kemerdekaan dan pembangunan nasional.
Ia menyampaikan bahwa keluarga tidak menyimpan dendam atas berbagai kritik yang muncul dan menyerukan agar perbedaan pandangan tidak disikapi secara ekstrem, melainkan tetap menjaga persatuan bangsa.
Terima Kasih kepada Presiden Prabowo dan Seruan Kedewasaan Publik
Tutut mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto dalam bidang perjuangan.
Menurutnya, keputusan tersebut diambil berdasarkan rekam jejak dan kontribusi nyata Soeharto terhadap bangsa, termasuk perannya dalam pelucutan senjata Jepang sebagai Wakil Komandan BKR Yogyakarta pada 1945.
Ia menyebut bahwa presiden-presiden sebelumnya belum mengumumkan gelar tersebut karena mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat.
Namun, Tutut menilai masyarakat saat ini semakin dewasa dan cerdas dalam menilai sejarah dan tokoh-tokohnya.
Menanggapi tudingan mengenai isu korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia, Tutut menyatakan bahwa rakyat Indonesia dapat menilai sendiri dan keluarga tidak merasa perlu membela diri karena semua telah terlihat melalui perjalanan sejarah.
Sebagai bentuk rasa syukur atas penganugerahan gelar tersebut, keluarga besar Soeharto berencana melakukan ziarah ke makam Presiden ke-2 RI di Astana Giribangun, Jawa Tengah.
Keputusan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 116.TK/Tahun 2025.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








