Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menag Nasaruddin Umar Dorong Penguatan Kohesi Sosial dan Nilai Spiritual sebagai Model Pluralisme Dunia

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menag Nasaruddin Umar Dorong Penguatan Kohesi Sosial dan Nilai Spiritual sebagai Model Pluralisme Dunia
Foto: (Sumber: Menteri Agama Nasaruddin Umar. ANTARA/HO-Kemenag)

Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya memperkuat kohesi sosial dan memperdalam nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa agar Indonesia dapat menjadi model pluralisme produktif bagi dunia.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies yang diinisiasi oleh Institut Leimena bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

Indonesia Sebagai Model Pluralisme Produktif

Dalam paparannya, Nasaruddin menekankan bahwa Indonesia memiliki keunikan sebagai negara dengan tingkat pluralitas tertinggi di dunia.
“Memang konsen kita itu untuk menciptakan kohesi sosial yang lebih solid, lebih konstruktif, lebih produktif. Inilah harapan kita semuanya. Diskusi-diskusi yang seperti ini sangat penting untuk Indonesia, karena ke depan Indonesia itu diharapkan menjadi model,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa perbedaan suku, agama, dan budaya harus dilihat sebagai anugerah, bukan ancaman.
“Kita ini negara yang paling plural di kolong langit ini, tetapi kita bisa menjadi contoh bahwa pluralitas tidak mesti menjadi ancaman bagi hegemoni sosial yang produktif. Justru dari keberagaman itu kita menciptakan lukisan Tuhan yang indah, Bhinneka Tunggal Ika yang sejati,” ujarnya.

Nasaruddin juga menegaskan bahwa seluruh pencapaian pembangunan nasional tidak akan bermakna tanpa adanya kerukunan.
“Kita tidak bisa menikmati pembangunan dalam bentuk apapun tanpa kerukunan. Di bangsa yang plural seperti Indonesia, kerukunan adalah faktor yang amat sangat penting,” tegasnya.

Kurikulum Cinta dan Ekoteologi untuk Generasi Muda

Dalam kesempatan tersebut, Menag menjelaskan bahwa Kementerian Agama tengah mengembangkan kurikulum berbasis cinta dan ekoteologi guna memperkuat fondasi moral serta spiritual generasi muda.
“Kami menancapkan kurikulum cinta dan ekoteologi agar lebih fundamental dalam mempersiapkan Indonesia yang lebih kompetitif di masa depan,” katanya.

Ia juga menyinggung pandangan positif dunia internasional terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang dinilai membawa gagasan konstruktif bagi perkembangan global.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Mathius Ho, menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif Kurikulum Cinta yang digagas Kementerian Agama.
“Kami melihat bahwa hal itu sangat sejalan dengan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB),” ungkapnya.

Mathius menuturkan bahwa kerja sama antara Institut Leimena dan Kementerian Agama telah berlangsung lama, dan sejak 2021 telah melatih lebih dari 10.000 guru di seluruh Indonesia melalui program LKLB.
Menurutnya, konsep Kurikulum Cinta memiliki keselarasan dengan semangat LKLB, yaitu menumbuhkan empati dan penghormatan antarsesama tanpa memandang perbedaan agama, etnis, maupun budaya.
“Tujuan LKLB adalah melatih cara memperlakukan satu sama lain sebagai sesama manusia. Dan itu juga yang menjadi inti dari Kurikulum Cinta, bagaimana kita mengasihi satu sama lain tanpa memandang perbedaan,” tambahnya.

Penulis :
Aditya Yohan