
Pantau - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta Satgas Pangan untuk menelusuri secara langsung setiap daerah yang melaporkan adanya kenaikan harga telur dalam beberapa hari terakhir.
Ia menekankan pentingnya langkah ini untuk memastikan tidak ada pihak yang mempermainkan distribusi maupun harga di tingkat pedagang.
Pengawasan Ketat terhadap Distribusi dan Harga
"Kami sudah sampaikan Satgas Pangan. Kabupaten-kabupaten yang harganya naik, tolong di sisir, cek satu-satu," ungkapnya.
Amran menyebutkan bahwa kenaikan harga telur saat ini masih bersifat terbatas dan tidak mencerminkan kondisi nasional secara keseluruhan.
Harga telur di tingkat peternak menurutnya masih berada dalam rentang yang wajar dan sesuai dengan acuan pemerintah.
"Ini hanya kenaikan sedikit, masih sedikit. Mudah-mudahan dalam waktu singkat turun," ia mengungkapkan.
Amran juga menyampaikan bahwa biaya produksi ayam dan telur mulai mengalami penurunan, yang dapat membantu menekan harga di tingkat konsumen.
Salah satu komponen biaya yang turun adalah harga day-old chick (DOC) yang kini sekitar Rp11.500 per ekor, dari sebelumnya sekitar Rp14.000.
Penurunan harga DOC tersebut diharapkan dapat menjadi faktor pendukung stabilitas harga telur.
Dalam rapat koordinasi yang digelar bersama pelaku usaha unggas, pemerintah dan industri menyepakati Harga Pokok Penjualan (HPP) jagung sebesar Rp5.500 per kg dengan kadar air 18–20 persen.
Selain itu, juga disepakati Harga Eceran Tertinggi (HET) jagung sebesar Rp7.000 per kg guna menjaga stabilitas biaya pakan unggas.
Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga dan pasokan melalui pengaturan suplai DOC, pengendalian pakan, serta penyesuaian produksi.
Langkah-langkah tersebut juga diarahkan untuk mendukung program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Kita jaga, jangan sampai ada middleman yang mempermainkan situasi," tegas Amran.
Harga Peternak Masih Wajar, Isu Harga Rp30.000 Dinilai Tidak Akurat
Ketua Presidium Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional, Yudianto Yosgiarso, menyatakan bahwa harga telur di tingkat peternak masih berada di bawah Rp26.000 per kg.
"Kalau ada isu harga telur sampai Rp30.000, itu bukan dari peternak. Kami masih di bawah 26.000," ungkapnya.
Menurut Yudianto, kenaikan harga di beberapa wilayah luar Jawa disebabkan oleh tingginya biaya pengiriman, risiko kerusakan dalam perjalanan, serta tantangan distribusi antarpulau.
Karena itu, harga di luar Jawa tidak bisa disamakan dengan harga on-farm di wilayah sentra produksi seperti di Pulau Jawa.
- Penulis :
- Arian Mesa







