
Pantau - Tim penilai Innovative Government Award (IGA) 2025 yang terdiri dari akademisi, IPDN, dan media melakukan penilaian atas penerapan pungutan wisatawan asing (PWA) dan pengelolaan sampah di Bali.
Evaluasi Penerapan Pungutan Wisatawan Asing
Rombongan dipimpin oleh Kepala Bagian Perencanaan BSKDN Kemendagri, Tomy Bawulang, untuk meninjau inovasi daerah dan mencocokkan data dengan kondisi lapangan.
Di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi Bali, tim memantau penerapan aplikasi We Love Bali sebagai platform pembayaran PWA yang dibuat sepenuhnya oleh tim internal Diskominfos tanpa vendor.
Ia menyampaikan, "Di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi Bali, tim penilai memantau langsung penerapan aplikasi We Love Bali, platform pembayaran PWA yang dikembangkan sepenuhnya oleh tim internal Diskominfos tanpa melibatkan vendor."
Tim juga melihat sistem pendukung pemungutan PWA di hotel dan destinasi wisata melalui kode QR, mobile checker, dan banner digital yang dilaporkan telah berjalan.
Aplikasi We Love Bali dapat diakses oleh 162 negara dengan jumlah PWA yang terkumpul lebih dari Rp320 miliar hingga Oktober 2025 dan target mencapai Rp380 miliar pada akhir tahun.
Tinjauan Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber
Tim penilai kemudian mengunjungi inovasi Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber (PSBS) di Desa Adat Cemenggaon, Gianyar.
Ia menyampaikan, "Mengunjungi Desa Adat Cemenggaon untuk melihat penerapan Pola PESAN-PEDE (Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan), pola ini memadukan kearifan lokal desa adat dan filosofi Tri Hita Karana dalam sebuah perarem yang mengatur pemilahan sampah dari rumah tangga."
Sejak 2020, setiap kepala keluarga di desa tersebut memiliki Teba Moderen berupa lubang permanen berdiameter sekitar satu meter dan kedalaman tiga meter untuk mengolah sampah organik serta sampah upacara adat.
Sampah anorganik dikelola oleh Bank Sampah Sami Asri.
Sebelum program diterapkan, sekitar 1,2 ton sampah per hari dikirim ke TPA Temesi, namun kini residunya hanya satu mobil bak per minggu.
Kompos dapat dipanen setelah satu tahun ketika sampah dalam Teba Moderen berubah menjadi hitam, tidak berbau, dan bertekstur tanah.
Tim penilai menilai praktik tersebut sebagai contoh konkret pengelolaan sampah berbasis sumber yang sederhana namun efektif.
Gubernur Bali Wayan Koster menilai inovasi sebagai kunci menjaga keberlanjutan pembangunan Bali yang bergantung pada pariwisata.
Ia menyampaikan, "Bali menyumbang 53 persen devisa pariwisata nasional dan kontribusi 66 persen terhadap perekonomian daerah, dengan tantangan seperti sampah, kemacetan, dan krisis air bersih, inovasi daerah diharapkan mampu menjaga kualitas pariwisata dan keberlanjutan lingkungan Bali."
Koster menyebut lomba desa dalam pengelolaan sampah sebagai bagian dari upaya menuju Bali Bersih Sampah 2027.
- Penulis :
- Aditya Yohan





