
Pantau - PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Roberth Rouw, menegaskan bahwa banjir bandang yang menelan ratusan korban jiwa di Sumatra bukan disebabkan cuaca ekstrem, melainkan akibat pengrusakan hutan besar-besaran yang tidak ditindak.
Penegasan Penyebab Bencana
Roberth menyatakan bahwa bukti kerusakan hutan terlihat jelas dari material kayu yang terbawa arus banjir.
"Kalian lihat saja, di banjir yang turun itu berapa banyak kayu gelondongan yang dibawa air. Berarti ada pengrusakan hutan yang masih dilakukan di daerah-daerah itu," ungkapnya.
Ia menolak narasi bahwa cuaca ekstrem menjadi penyebab utama, karena curah hujan tinggi bukan fenomena baru di wilayah tersebut.
"Dulu juga ada hujan lebat tetapi tidak terjadi apa-apa. Kenapa sekarang ada terjadi? Ini alam menunjukkan bahwa ini loh yang dilakukan oleh manusia terhadap alam," ia mengungkapkan.
Dorongan Penindakan dan Evaluasi
Roberth juga menyampaikan duka mendalam atas besarnya jumlah korban yang tercatat hingga akhir November.
"Per 30 November, 442 orang meninggal, 402 hilang," ungkapnya.
Ia mendesak pemerintah segera melakukan penindakan hukum terhadap pihak-pihak yang diduga merusak hutan dan memicu terjadinya bencana.
"Harus ada penanganan, penindakan hukum dilakukan. Karena ada perusakan hutan besar-besaran dilakukan di sana. Setelah kejadian baru terbuka mata, ternyata ada perusakan hutan yang begitu besar di sana," ungkapnya.
Selain itu, Roberth meminta pemerintah mengevaluasi seluruh aktivitas perusahaan kehutanan di wilayah terdampak untuk mencegah korban tambahan.
"Tidak boleh tunggu sampai ada korban jiwa lagi. Masyarakat menjadi korban, menjadi tumbal karena ada perusahaan-perusahaan hutan yang dilakukan," ungkapnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








