Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Psikolog UI Tegaskan Pentingnya Lingkungan Inklusif untuk Kesejahteraan Psikologis Difabel

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Psikolog UI Tegaskan Pentingnya Lingkungan Inklusif untuk Kesejahteraan Psikologis Difabel
Foto: (Sumber : Pegawai Balai Kota memarkir motornya di tempat parkir khusus difabel Balai Kota, Solo, Jawa Tengah, Senin (22/11/2021). Parkir khusus difabel disediakan untuk memudahkan akses layanan bagi penyandang disabilitas dan mewujudkan Solo sebagai kota ramah difabel. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa..)

Pantau - Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani, M.Psi., Psikolog, menegaskan bahwa lingkungan yang inklusif dan tidak diskriminatif berperan penting dalam mendukung kesejahteraan psikologis penyandang disabilitas atau difabel.

Menurut Teresa, rasa aman dan penerimaan dari lingkungan sekitar merupakan fondasi bagi difabel untuk merasakan kesejahteraan secara mental.

Dukungan Sosial dan Penerimaan Lingkungan Jadi Faktor Kunci

“Lingkungan yang inklusif, aman, dan tidak diskriminatif sangat membantu menjaga kesehatan mental difabel. Sebaliknya, stigma, perlakuan merendahkan, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan dapat menjadi sumber tekanan psikologis mereka,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat sekitar menjadi faktor eksternal yang sangat kuat dalam menjaga keseimbangan psikologis difabel.

Teresa menjelaskan bahwa difabel, seperti individu lainnya, memiliki kebutuhan dasar untuk merasa aman, dihargai, dan memiliki makna dalam hidup.

Istilah difabel atau different ability, menurutnya, perlu dipahami sebagai individu dengan kemampuan yang berbeda, bukan sebagai pribadi yang kekurangan.

“Penting juga untuk memperkuat kehadiran difabel di ruang publik seperti di media, tempat kerja, sekolah, dan kegiatan sosial, dengan representasi yang adil dan bermartabat. Ketika masyarakat terbiasa melihat difabel aktif, produktif, dan berkontribusi, stigma akan perlahan berkurang,” ujarnya.

Faktor Internal dan Peran Edukasi dalam Mengubah Stigma

Selain dukungan lingkungan, kesejahteraan psikologis difabel juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti penerimaan diri, kemampuan mengelola emosi, serta rasa memiliki tujuan hidup.

“Dalam psikologi, seseorang dikatakan sejahtera secara mental bukan karena hidupnya bebas dari stres, tetapi karena ia mampu menghadapi dan mengelola stres sehari-hari, merasa hidupnya bermakna, dapat berkembang, serta memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain,” jelas Teresa.

Ia menilai bahwa lingkungan ramah difabel—baik dari sisi fasilitas, kebijakan, maupun sikap sosial—berperan penting dalam menumbuhkan penerimaan yang nyata terhadap difabel.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya inklusi dapat dibangun melalui edukasi berkelanjutan dan interaksi langsung yang positif.

Interaksi yang positif, menurut Teresa, membantu masyarakat mengubah pandangan terhadap difabel sebagai individu yang setara dan berdaya.

“Pendampingan psikologis juga dapat membantu, terutama bila seseorang pernah mengalami penolakan, perundungan, atau pengalaman traumatis lainnya sehingga dapat membangun kembali harga diri yang sehat,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa kepercayaan diri difabel akan tumbuh kuat saat berada di lingkungan yang memberdayakan dan memperlakukannya secara setara sebagai bagian dari masyarakat.

Penulis :
Aditya Yohan