Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pakar UNP: Batasi Gawai dan Perkuat Pendampingan Psikologis Anak Pascabencana

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pakar UNP: Batasi Gawai dan Perkuat Pendampingan Psikologis Anak Pascabencana
Foto: (Sumber : Proses trauma healing bagi anak-anak korban banjir di Kota Padang, Sumatera Barat. ANTARA/HO-Humas Komdigi/aa..)

Pantau - Pakar Ilmu Komunikasi dari Universitas Negeri Padang (UNP), Evelynd, menegaskan pentingnya peran orang tua dalam pendampingan psikologis anak-anak pascabencana hidrometeorologi, terutama melalui pembatasan penggunaan gawai demi pemulihan emosional anak.

Pembatasan Gawai dan Pemulihan Emosional Anak

Salah satu langkah utama yang dianjurkan adalah membatasi akses anak terhadap gawai, karena ketergantungan digital dapat menghambat proses pemulihan pascatrauma.

"Anak bisa menjauhi gawai jika didampingi dan diberi batasan. Yang paling penting adalah edukasi kepada orang tua tentang informasi apa yang layak dikonsumsi anak", ujar Evelynd.

Ia menyebut kegiatan pascabencana harus dirancang untuk memulihkan kondisi emosional anak, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap perangkat digital.

Pendekatan ini juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) yang mengatur perlindungan anak dari risiko digital melalui:

  • Filter usia
  • Persetujuan orang tua
  • Kewajiban platform
  • Edukasi literasi digital

Anak-anak sebagai generasi penerus perlu ditanamkan resiliensi sejak dini dan dibekali literasi digital yang aman, agar mampu menghadapi tantangan masa depan tanpa terpapar risiko teknologi secara berlebihan.

Pendampingan Bertahap, Aktivitas Tanpa Gawai Dinilai Efektif

Pendampingan psikologis juga harus dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan dan bertahap, karena setiap anak memiliki tingkat pemulihan yang berbeda setelah mengalami bencana.

Aktivitas pendampingan yang direkomendasikan antara lain:

  • Kuis dan permainan kolaboratif
  • Menggambar dan membaca cerita

"Tinggal di posko pengungsian membuat rutinitas mereka berubah. Pendampingan harus dipercepat agar anak tidak terlalu lama berada dalam ketidaknyamanan itu", ungkap Evelynd.

Aktivitas tanpa gawai dinilai efektif untuk mengembalikan interaksi sosial, membangun rasa aman, dan membantu anak fokus kembali ke sekolah, terutama menjelang ujian akhir semester.

Tujuan utama dari pendampingan ini adalah menanamkan nilai-nilai resiliensi serta mencegah dampak psikologis jangka panjang akibat bencana.

Saat ini, pemerintah bersama berbagai lembaga telah melakukan pendampingan psikologis di wilayah terdampak banjir dan longsor, khususnya di Sumatera Barat.

Salah satu kegiatan kolaboratif dilakukan oleh:

  • Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi)
  • Save the Children
  • Universitas Negeri Padang (UNP)

Pendekatan pendampingan dikemas menyenangkan, dengan tujuan membangun semangat anak-anak untuk bangkit kembali, serta membantu mereka kembali fokus pada dunia belajar setelah bencana.

Penulis :
Ahmad Yusuf