
Pantau - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan bahwa kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah (academia, business, and government/ABG) menjadi kunci utama dalam pengembangan dan hilirisasi obat berbahan alam yang unggul dan berdaya saing.
Hal ini disampaikan oleh Kepala BPOM Taruna Ikrar saat menjadi narasumber dalam kuliah umum di Universitas Sebelas Maret (UNS), sebagaimana dikutip di Jakarta, Minggu.
"Kolaborasi ABG juga dapat diterapkan untuk pengembangan produk inovasi obat bahan alam. Melalui dukungan universitas dan pelaku usaha, hilirisasi produk obat bahan alam dapat menghasilkan produk unggul dan berdaya saing," ungkapnya.
Kolaborasi Jadi Kunci Hilirisasi Riset Herbal Nasional
Taruna menjelaskan bahwa setiap unsur dalam konsep ABG memiliki peran penting dan berkesinambungan, terutama dalam upaya hilirisasi riset herbal nasional.
Ia menekankan bahwa pendekatan pengembangan obat bahan alam harus dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir.
Proses tersebut mencakup standardisasi bahan baku, penelitian ilmiah, proses produksi, hingga ke tahap akses pasar.
"Tantangan dalam pengembangan obat bahan alam tidak bisa diselesaikan secara parsial. Oleh karena itu, diperlukan sinergi lintas sektor yang kuat dan berkelanjutan," ujarnya.
BPOM saat ini telah menjalin 168 kerja sama dengan perguruan tinggi sebagai bagian dari penguatan unsur akademik.
Menurut Taruna, pengembangan obat bahan alam juga merupakan langkah strategis menuju kemandirian kesehatan nasional.
Ia menyatakan bahwa inovasi hanya dapat tumbuh melalui kerja kolaboratif antar sektor.
Mengutip pemikiran ekonom dan pakar pemasaran Theodore Levitt, ia menambahkan, "Kreativitas adalah memikirkan hal-hal baru, inovasi adalah melakukan hal-hal baru."
Kampus Didorong Aktif dalam Riset Herbal untuk Layanan Kesehatan
Dukungan terhadap gagasan kolaboratif ini juga datang dari Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Reviono.
Ia menegaskan pentingnya mendorong pengembangan riset herbal di lingkungan kampus sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap inovasi layanan kesehatan.
"Saya ingin mendorong perkembangan penelitian ke arah herbal. Produk herbal yang dihasilkan nantinya bisa didorong untuk digunakan pada pengobatan pasien di rumah sakit," ungkap Reviono dalam kesempatan yang sama.
Melalui pendekatan sinergis antara perguruan tinggi, pelaku industri, dan regulator, diharapkan Indonesia dapat mempercepat lahirnya produk herbal nasional yang memenuhi standar mutu dan mampu bersaing di pasar global.
- Penulis :
- Gerry Eka





