Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Antisipasi Bencana Akhir Tahun, BPBD Trenggalek Pasang EWS dan CCTV di Titik Rawan

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Antisipasi Bencana Akhir Tahun, BPBD Trenggalek Pasang EWS dan CCTV di Titik Rawan
Foto: Ilustrasi: Rambu peringatan bahaya longsor di Bendungan, Trenggalek (sumber: Antara/HO-Hamam daffa)

Pantau - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, memasang sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) serta kamera pengawas (CCTV) di sejumlah titik rawan banjir dan longsor sebagai langkah mitigasi menghadapi potensi bencana akhir tahun 2025.

Peningkatan Risiko Bencana di Seluruh Kecamatan

Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Stefanus Triadi Atmono, menyatakan bahwa wilayah Trenggalek diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada bulan Desember 2025, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Kondisi ini meningkatkan risiko bencana pada seluruh kecamatan di Trenggalek," ungkapnya.

Dari total 14 kecamatan yang ada, seluruhnya berpotensi terdampak bencana, termasuk banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gelombang tinggi di wilayah pesisir.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, BPBD telah memasang lima unit EWS di kawasan rawan longsor guna memberikan peringatan dini kepada warga yang tinggal di sekitar lereng bukit dan daerah aliran sungai.

BPBD juga bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam menyiapkan CCTV bersirine yang dapat memantau kenaikan debit sungai secara real-time, sehingga informasi bahaya dapat segera disebarkan kepada warga.

Langkah lain yang dilakukan adalah pemangkasan pohon-pohon besar di sepanjang ruas jalan yang berpotensi tumbang saat terjadi hujan deras atau angin kencang.

Perkuat Edukasi dan Struktur Tanggap Bencana

Pemerintah Kabupaten Trenggalek juga membentuk struktur kesiapsiagaan berbasis komunitas melalui program Kecamatan Tangguh Bencana dan Desa Tangguh Bencana (Destana).

Edukasi mitigasi bencana terus digencarkan di sekolah-sekolah melalui Program Sekolah Aman Bencana (SPAB).

"Setiap minggu kami turun ke sekolah untuk melatih siswa dan guru agar siap siaga jika terjadi bencana," ujar Stefanus.

Saat ini, Trenggalek telah memiliki 107 tim reaksi cepat penanggulangan bencana yang tersebar di berbagai titik strategis untuk mempercepat respon saat bencana terjadi.

Selain itu, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) juga aktif di seluruh desa, memperkuat jaringan koordinasi dan kesiapsiagaan warga di tingkat lokal.

"Setiap desa sudah memiliki peta rawan bencana sehingga dapat melakukan langkah mitigasi dan pengurangan risiko dengan cepat," ia menambahkan.

Peta tersebut menjadi panduan penting dalam penanganan awal dan pengambilan keputusan saat terjadi kejadian alam seperti banjir atau longsor.

Penulis :
Leon Weldrick