HOME  ⁄  Nasional

Tanpa Inovasi Sains, Indonesia Emas 2045 Terancam Jadi Angan-Angan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Tanpa Inovasi Sains, Indonesia Emas 2045 Terancam Jadi Angan-Angan
Foto: (Sumber: Guru berada di garda depan yang mengasah kualitas anak bangsa menuju Indonesia Emas 2045. ANTARA/ Sizuka.)

Pantau – Cita-cita Indonesia Emas 2045 dinilai berisiko kehilangan makna apabila Indonesia gagal melakukan transformasi dari ekonomi berbasis komoditas menuju ekonomi berbasis inovasi dan sains dalam satu dekade ke depan.

Artikel tersebut menyoroti bahwa tanpa lompatan serius di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, visi Indonesia 2045 berpotensi berhenti sebagai slogan pembangunan jangka panjang tanpa fondasi nyata.

Optimisme global dicontohkan melalui pandangan ekonom Justin Lin Yifu, yang memprediksi China mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5 hingga 6 persen per tahun hingga 2035.
Prediksi itu, menurut Justin Lin, bertumpu pada peningkatan kualitas modal manusia di tengah Revolusi Industri Keempat.

Justin Lin menepis anggapan bahwa penuaan populasi akan meruntuhkan ekonomi China.
Ia menilai China justru sedang membangun kekuatan ekonomi baru berupa “parit pertahanan” berbasis teknologi dan talenta.

Pelajaran dari Transformasi China

Model ekonomi China disebut telah bergeser dari manufaktur padat karya berbiaya murah menuju keunggulan teknologi berbasis inovasi.
Saat ini, China menghasilkan lebih dari enam juta lulusan universitas bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) setiap tahun.

Jumlah lulusan STEM tersebut bahkan melampaui total lulusan serupa dari seluruh negara G7, menjadikan talenta sebagai pilar utama daya saing nasional China.

Kondisi tersebut dinilai relevan bagi Indonesia karena kedua negara memiliki visi pembangunan jangka panjang yang serupa.
China mengusung agenda “Peremajaan Nasional” 2049, sementara Indonesia menargetkan Indonesia Emas 2045.

Keduanya sama-sama berupaya keluar dari jebakan pendapatan menengah dan bertransformasi menjadi negara maju berbasis produktivitas dan inovasi.

Analisis tersebut menyoroti keberhasilan China memanfaatkan apa yang disebut sebagai “keuntungan pendatang baru” dalam penguasaan teknologi.
Sistem mobilisasi nasional China dinilai efektif menghadapi tekanan dan pembatasan teknologi dari Amerika Serikat.

Bonus Demografi dan Peran Guru

Artikel tersebut mengajukan pertanyaan reflektif apakah Indonesia telah berada di jalur yang tepat menuju Indonesia Emas.
Bonus demografi Indonesia dinilai berpotensi sia-sia jika tidak disertai peningkatan kualitas inovasi, riset, dan sains.

Peran guru disebut sangat krusial sebagai garda depan dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul.
Tanpa guru yang mampu menumbuhkan budaya berpikir ilmiah, kreativitas, dan inovasi, bonus demografi dinilai tidak akan berubah menjadi bonus ekonomi.

Indonesia dinilai membutuhkan keberanian untuk menempatkan sains, inovasi, dan pendidikan sebagai poros utama pembangunan nasional agar Indonesia Emas 2045 benar-benar terwujud.

Penulis :
Ahmad Yusuf