Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ibas Tegaskan Budaya Adalah Jembatan Peradaban dalam Dialog Bersama Seniman Ngawi

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Ibas Tegaskan Budaya Adalah Jembatan Peradaban dalam Dialog Bersama Seniman Ngawi
Foto: Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (sumber: ANTARA/Ibnu Zaki)

Pantau - Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan bahwa kekuatan Indonesia tidak hanya bersumber dari kekayaan alam dan ekonomi, tetapi juga dari seni dan budaya yang hidup di tengah masyarakat.

Ibas menyampaikan bahwa budaya merupakan bagian penting dari identitas bangsa dan harus dirawat, ditampilkan, serta dikembangkan melalui kreativitas.

"Budaya adalah jembatan peradaban. Kalau kita rawat, kita tampilkan, dan kita kembangkan dengan kreativitas, maka identitas bangsa akan tetap hidup dan relevan sepanjang zaman," ungkapnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Ibas saat berdialog dengan para seniman dan pegiat budaya di Kabupaten Ngawi dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bertajuk Ngawi Berkarya, Kuatkan Seni Budaya Nusantara.

Dalam kesempatan itu, Ibas menekankan bahwa mencintai budaya tidak cukup hanya dengan mewarisi, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk pementasan, promosi, dan inovasi.

Ia menyampaikan bahwa seni budaya memiliki peran penting dalam menyambungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa.

Pertemuan ini juga menjadi ruang silaturahmi kebangsaan sekaligus wadah menyerap aspirasi dari komunitas seni sebagai bagian penting dari pembangunan karakter bangsa.

Warisan Budaya sebagai Modal Besar Bangsa

Ibas menyebut bahwa Indonesia patut bersyukur karena memiliki kekayaan warisan budaya yang telah diakui dunia.

Warisan Budaya Tak Benda UNESCO seperti batik, gamelan, wayang kulit, kebaya, Reog Ponorogo, Tari Saman, pencak silat, angklung, dan tradisi lainnya menjadi bukti nilai universal seni budaya Nusantara.

"Ini adalah modal besar bangsa. Tugas kita adalah menjaga, menghidupkan, dan mengembangkannya agar tidak berhenti sebagai arsip sejarah, tetapi terus tumbuh sebagai sumber inspirasi dan kesejahteraan," ia mengungkapkan.

Dalam konteks lokal, Ibas melihat potensi besar di Ngawi untuk melahirkan seniman-seniman berprestasi.

Ia menyebut tokoh-tokoh asal Ngawi seperti almarhum Didi Kempot, almarhum Mamiek Prakoso, Denny Caknan, dan Tedja Suminar sebagai bukti bahwa seniman daerah mampu menembus level nasional bahkan internasional.

"Mereka adalah bukti bahwa dengan ketekunan, karakter, dan keberanian berkreasi, seniman daerah bisa berdiri sejajar di level nasional bahkan internasional," katanya.

Sinergi Pelestarian Budaya dan Pemanfaatan Digital

Ibas juga mengapresiasi dan mendukung semangat jargon Ngawi RAMAH yang mencerminkan karakter masyarakat daerah.

Menurutnya, nilai Rapi, Aman, Maju, Adil, dan Harmonis bukan hanya slogan, tapi harus dijalankan melalui perilaku, kebijakan, dan karya nyata.

Ia menilai bahwa semangat RAMAH selaras dengan upaya pembangunan karakter bangsa dan menciptakan suasana yang inklusif serta saling menghargai.

Pelestarian budaya, menurut Ibas, membutuhkan ekosistem yang kuat dan kolaboratif.

Ia menyebut pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, komunitas, dan generasi muda.

Ia juga menyoroti peran kementerian dalam mendukung sektor budaya, seperti Kementerian Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta Kementerian Pariwisata.

"Kolaborasi inilah yang akan membuat seni budaya tidak hanya lestari, tetapi juga berdaya secara ekonomi," tegasnya.

Selain itu, Ibas mendorong penyediaan ruang berekspresi yang memadai bagi seniman, baik di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa, agar kreativitas dapat tumbuh secara merata.

"Idealnya setiap kabupaten punya ruang seni, setiap kecamatan dan desa memiliki tempat berekspresi. Di situlah kreativitas tumbuh dan peradaban dijaga agar tidak terputus," ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas jangkauan karya seni lokal.

"Lewat YouTube, Instagram, dan platform digital lainnya, seni Ngawi bisa ditonton dunia, dari Asia hingga Eropa. Ini cara yang murah, mudah, dan berdampak besar," jelas Ibas.

Dalam sesi dialog, Ketua Taruna Budaya Ngawi, Wahyu Yoga Ari Respati, menyampaikan aspirasi terkait kurangnya ruang ekspresi dan fasilitas pendukung seperti peralatan gamelan.

Menanggapi hal tersebut, Ibas menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan dukungan konkret bagi para seniman tradisional.

Di akhir kegiatan, Ibas menyampaikan pesan kepada seniman dan generasi muda Ngawi untuk terus berkarya, belajar, dan berkontribusi bagi bangsa.

Ia menegaskan bahwa seni budaya adalah fondasi karakter nasional yang harus berjalan seiring dengan pendidikan dan inovasi.

Para seniman juga berkomitmen menjadi duta-duta Pancasila di lingkungan masing-masing, menjaga kerukunan, dan terus berprestasi demi kemajuan Ngawi dan Indonesia.

Penulis :
Leon Weldrick