
Pantau - Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengandalkan pemantauan dan pengendalian berbasis teknologi untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Jakarta yang semakin padat akibat tingginya pertumbuhan kendaraan.
Pemantauan lalu lintas dilakukan dari Regional Traffic Management Center milik Polda Metro Jaya yang dipenuhi layar pemantau kondisi jalan dari berbagai titik di Jakarta.
Kamera memantau koridor utama seperti Thamrin–Sudirman serta kawasan lain melalui sistem tilang elektronik Electronic Traffic Law Enforcement atau ETLE.
Di lantai dua gedung TMC, layar besar digunakan untuk memantau hampir seluruh ruas jalan arteri, jalan tol, hingga wilayah perbatasan aglomerasi.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin menyatakan bahwa "Pemantauan jarak jauh menjadi sangat penting jika melihat kondisi Jakarta saat ini," ungkapnya.
Hingga akhir November 2025, jumlah kendaraan berpelat B yang terdaftar di Jakarta telah menembus 25 juta unit.
Sepanjang 2024, Jakarta menerima tambahan 850.901 kendaraan baru atau rata-rata sekitar 2.000 hingga 3.000 unit per hari.
Kondisi tersebut menyebabkan ruang gerak masyarakat semakin terbatas dan kemacetan sulit dihindari.
"Kita asumsikan saja dari 850 ribu, kita anggap 10 persennya roda empat, berarti sekitar 85 ribu. Jumlah tersebut kalau kita kalikan dimensi panjang kendaraan yang paling pendek saja, itu sekitar 2 meter-lah. Maka, dibutuhkan sekitar 170 km hanya untuk memarkirkan kendaraan baru di Jakarta," ujar Komarudin.
Saat ini Jakarta memiliki 127 titik kamera ETLE serta delapan unit ETLE mobile untuk wilayah yang belum terjangkau kamera tetap.
Sebanyak dua kamera ETLE telah dilengkapi teknologi face recognition untuk mengidentifikasi wajah pelanggar dan potensi pelanggaran hukum lainnya.
Beban lalu lintas yang tinggi dinilai tidak sebanding dengan jumlah personel Ditlantas PMJ yang sekitar 3.600 orang, sehingga transformasi pengaturan lalu lintas berbasis teknologi menjadi kebutuhan.
Salah satu inovasi utama adalah Mandala Quick Response atau Membangun Kesadaran Berbudaya Lalu Lintas di Jalan Raya.
Sistem Mandala mengintegrasikan 4.478 kamera milik Jasa Marga, Dinas Perhubungan, dan pihak swasta untuk memantau lalu lintas secara real time.
Jika terdeteksi kepadatan atau pergerakan tidak normal, personel lapangan dapat segera diarahkan ke lokasi kejadian.
"Ke depan, jaringan ini masih akan direvitalisasi agar lebih banyak ruas jalan yang belum terpantau dapat masuk dalam sistem. Sinkronisasi pemantauan ini menjadi penting mengingat tingginya volume kendaraan, terutama menjelang akhir tahun," kata Komarudin.
Untuk menghadapi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Ditlantas PMJ menyiapkan strategi khusus dengan penguatan pemantauan Mandala dan penempatan personel di titik rawan kemacetan.
"Kita per Sabtu 20 Desember 2025 menggelar pasukan dengan melibatkan personel gabungan tidak kurang dari 5.144 yang diterjunkan. Operasi ini sudah langsung sampai dengan tanggal 2 Januari 2026, ada kemungkinan diperpanjang," ungkap Komarudin.
Ditlantas PMJ menekankan pentingnya disiplin dan empati pengguna jalan serta pendekatan pre-emptive melalui deteksi dini titik rawan kecelakaan dan sumbatan lalu lintas.
"Harapannya bisa menerapkan sanksi sosial untuk realita kebiasaan di Jakarta ini sebagaimana negara maju, karena keamanan akan berimplikasi pada keselamatan. Ketertiban pasti akan berimplikasi pada kelancaran," ujarnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan








