
Pantau.com - Pakar mikrobiologi dan virologi pada hewan, Joko Pamungkas, mengatakan, peneliti China pernah mempublikasikan virus korona dari kelelawar yang berpotensi menulari manusia pada tahun 2017 dan 2019.
"Di China sebenarnya 2017 sudah publikasikan, peneliti yang mendapatkan ada bat coronavirus yang diketahui memiliki reseptor sama yang ada pada manusia," kata Joko di Jakarta, Rabu 12 Februari 2020.
Baca juga: Tim Lima di Sarang Korona Berperang dengan Musuh Tak Kasatmata
Ia menjelaskan, virus korona memiliki ratusan jenis yang terdapat pada berbagai macam hewan seperti kelelawar, musang, kucing, anjing, sapi, babi, ayam, dan lainnya. Namun tidak seluruh virus korona tersebut dapat menular ke manusia.
Adapun syarat virus korona dapat menular dari hewan ke manusia adalah di mana virus korona yang terdapat pada hewan itu memiliki reseptor yang sama dengan reseptor yang ada pada manusia.
Joko mengatakan, peneliti di China memiliki jauh lebih banyak sampel virus pada hewan dan memiliki surveilans yang lebih sering dilakukan setiap tahunnya.
Sehingga pada 2019 ada peneliti di China yang mempublikasikan penelitian ilmiahnya di Journal Biosafety and Health yaitu mengidentifikasi virus korona dari kelelawar yang jika disandingkan dengan virus korona COVID-19 saat ini memiliki perilaku genetik tiga yang sangat dekat.
Namun memang penelitian yang dipublikasikan di 2019 tersebut bukan dilakukan di Wuhan, melainkan di China bagian selatan. Namun dia menerangkan bahwa kelelawar bisa menempuh perjalanan hingga 100 kilometer dalam satu malam untuk mencari makan, meski rara-rata daya jelajahnya 30 kilometer.
Joko yang juga melakukan penelitian terhadap virus yang ada pada kelelawar mengungkapkan timnya juga pernah menemukan adanya virus korona pada kelelawar yang ditelitinya. Namun hasil penelitian virus korona tersebut berbeda jauh dengan kasus COVID-19.
Kendati begitu, Joko tidak berani mengatakan tidak mengenai kemungkinan munculnya virus korona dari kelelawar yang bisa menulari manusia di Indonesia. Mengingat Indonesia juga memiliki banyak jenis kelelawar yang hidup di hutan maupun gua-gua di Indonesia.
Dia beralasan penelitian yang dilakukan oleh timnya baru dalam tingkat yang kecil yaitu di Sulawesi Utara dan dengan mengambil sampel yang tidak banyak. Joko mengatakan terdapat kemungkinan satwa liar lain memiliki virus yang dapat menulari manusia.
"Kalau surveinya dilakukan lebih intens, mungkin saja tidak hanya ketemu coronavirus ya, tapi mungkin virus lain yang memiliki potensi berbahaya pada manusia," kata Joko.
Baca juga: 242 Orang Tewas dalam Sehari, Total Korban Virus Korona di China 1.300
Oleh karena itu disarankan agar manusia tidak mengganggu populasi ataupun merusak habitat satwa liar agar hewan tersebut tidak masuk ke wilayah penduduk dan menulari virus.
- Penulis :
- Bagaskara Isdiansyah