Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ahli Sebut Autopsi Tak Perlu Dilakukan untuk Buktikan Infeksi COVID-19

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Ahli Sebut Autopsi Tak Perlu Dilakukan untuk Buktikan Infeksi COVID-19

Pantau.com - Ahli Virologi Universitas Udayana Prof G N Mahardika mengatakan tanpa autopsi diagnosis persumtive infeksi COVID-19 berat dapat dilakukan dengan rontgen atau CT scan.

"Sebetulnya diagnosis persumtive COVID-19 berat bisa dibuat dengan rontgen atau CT scan. Apakah protokol rontgen atau CT scan dilakukan di Indonesia, saya tidak tahu," kata Mahardika di Jakarta, Selasa (2/6/2020), terkait informasi hoax yang menyebutkan penyebab COVID-19 bukan virus melainkan bakteri.

Ia mengatakan laporan dari berbagai penjuru dunia yang dipublikasi di jurnal ilmiah bereputasi tidak ada yang menyebut isolasi bakteri seperti disebutkan hoax tersebut. Jika benar bakteri yang menyebabkan COVID-19 mestinya jauh lebih mudah dideteksi.

Baca juga: Gugus Tugas: Skema Herd Immunity Butuh Waktu yang Lama

Sementara itu, soal kasus flu burung berhasil digagalkan menjadi pandemi yang disebut mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, menurut dia, karena memang virus tersebut tidak menginfeksi dari manusia ke manusia dan vaksin flu burung yang dikembangkan swasta nasional efektif.

Sedangkan untuk virus korona baru penyebab penyakit COVID-19 dikatakannya memang tidak diragukan bisa menular antara manusia ke manusia.

Ada komorbiditas, tapi causa mortis yang membuat pasien positif COVID-19 meninggal yang perlu dilihat, kata Mahardika.  "Kalau causa mortis seseorang meninggal disertai gejala sesak nafas ya tentu bukan diabetes."

Jika hasil CT scan menunjukkan perubahan ground glass appreareance, paru-paru penuh air seperti orang tenggelam, paru-paru pasien yang bersangkutan punya radang limposit itu menunjukkan adanya infeksi virus, kata dia.

Baca juga: 2 Bayi Berusia 6 Hari Positif Korona, Satunya Dilahirkan Secara Caesar

Publikasi hasil autopsi pasien kasus COVID-19 sudah banyak di luar negeri dan membuktikan penyebabnya virus, sehingga tidak perlu autopsi untuk membuktikan hal sama di Indonesia  ujarnya.

Menurut dia, autopsi pasien COVID-19 perlu, tapi urgency hanya dari segi kebutuhan ilmiah. Justru, menurut dia, Indonesia kekurangan data untuk isolasi virus korona barunya.

Mahardika menegaskan informasi yang beredar cepat di whats app group (WAG) akhir-akhirnya ini, yang menyebutkan coronavirus disease 2019 adalah bohong, bukan dari virus tapi dari bakteri, semua itu diketahui oleh Italia setelah mereka mengautopsi jenazah korban corona adalah hoax.

Penulis :
Noor Pratiwi