
Pantau - Tambang emas ilegal di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo mengalami longsor hingga merenggut banyak nyawa. Longsor tersebut terjadi pada Sabtu (6/7/2024) 23.45 Wita saat para warga sekaligus penambang sudah beristirahat.
Peristiwa ini memakan korban sebanyak 325 orang yang terdiri dari 27 orang kehilangan nyawa, 14 orang hilang dan 284 korban selamat. Pada Sabtu (13/7), operasi pencarian korban resmi ditutup. Namun, Basarnas Gorontalo akan tetap mengawasi lokasi.
“Kami tetap akan menempatkan tim disini untuk melakukan pemantauan,” ungkap Heriyanto, Kepala Kantor SAR Gorontalo, Sabtu (13/7).
Keluarga Korban Hilang Pasrah
Keluarga salah satu korban yang belum ditemukan yakni Amran Lakoro mengungkapkan pasrah dengan keputusan pemerintah yang memberhentikan proses pencarian korban longsor tersebut.
“Kami dari keluarga hanya bisa pasrah, kami ikhlas seperti itu, pencarian sudah dihentikan,” ungkap Mohammad Riski, dilansir TribunGorontalo.com, Minggu (14/7).
Riski menyebutkan dirinya telah mendatangi lokasi longsor untuk mencari sepupunya. Ia menduga sepupunya itu tertumpuk material longsor yang berada di kaki gunung atau di titik bor 3.
"Tapi sampai hari Kamis kami di sana, tidak ada tanda-tanda ditemukan," ujar Riski.
“Tapi dilokasi itu sulit untuk dijangkau, karena posisinya ada batu besar di atas, khawatirnya ada longsor susulan dan menelan korban lagi, jadi dikaki gunung tidak sempat dicek,” tambahnya.
Tambang Ditutup Sementara & Posko Korban
Terjadinya musibah longsor tersebut membuat Bupati Bone Bolango, Merlan S Uloli memutuskan untuk menutup sementara lokasi tambang emas. Keputusan tersebut diambil usai rapat bersama Forkopmida dan pihak terkait.
“Kita melakukan rapat bersama, kita memutuskan tutup sementara. Tutup sementara orang naik,” ungkap Merlan kepada wartawan (13/7).
Selain itu, Bupati Merlan juga menyediakan dua posko yang disediakan untuk para warga. Satu posko terletak di Kantor Desa Poduwoma dan yang kedua terletak dilokasi longsor pertambangan.
“Posko ini ada dua, yang satu tempat pengaduan bagi keluarga korban yang belum ditemukan dan dikordinir oleh kepala desa,” kata Merlan kepada wartawan.
Sementara, Posko kedua berfungsi untuk pemantauan terhadap aktivitas penambangan. Aktivitas tersebut dilarang untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.
“Ada juga posko pemantauan masyarakat yang akan naik, jadi setiap masyarakat yang akan naik kami larang,” tambahnya.
Penyebab Longsor
Dosen Geologi, Mohammad Kasim mengatakan penyebab longsor dapat terjadi secara alamiah. Mengingat tambang emas terletak di kaki gunung yang menyebabkan longsor dapat terjadi kapan saja.
Namun, Dosen Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tersebut juga menduga longsor di Desa Tulabolo Kecamatan Suwawa Timur itu juga terjadi karena adanya aktivitas manusia. Salah satunya pembuangan tambang seperti pasir yang menumpuk.
“Mereka menggali, kemudian hasil buangan itu yang membentuk morfologi baru,” ungkap Kasim.
Tak hanya pembuangan tambang, hujan berintensitas tinggi dalam jangka waktu lama menghasilkan tanah dipermukaan miring yang menyebabkan mudah longsor sehingga ia mengimbau masyarakat untuk menghindari lokasi longsor.
Kasim juga meminta pemerintah untuk memeriksa lokasi sungai didekat pertambangan secara rutin. Dikarenakan partikel tanah hasil longsor bisa saja menutup akses sungai yang menyebabkan banjir.
“Kalau tanah sudah menutupi sungai, bakalan banjir bandang itu diwilayah sekitar,” tambahnya.
Laporan: Keyzia Ilunia Anatatya
- Penulis :
- Fithrotul Uyun
- Editor :
- Fithrotul Uyun