Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Inggris dan Prancis Akui Palestina, Barat Mulai Ubah Peta Diplomasi Timur Tengah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Inggris dan Prancis Akui Palestina, Barat Mulai Ubah Peta Diplomasi Timur Tengah
Foto: (Sumber: Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dalam KTT Penyelesaian Damai Soal Palestina dan Pelaksanaan Solusi Dua Negara di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (22/9/2025). Macron mengatakan negaranya mengakui Negara Palestina, bergabung dengan sebagian besar anggota PBB lain yang telah melakukannya. ANTARA/Xinhua/Li Rui/aa.)

Pantau - Pengakuan Palestina kian meluas setelah Inggris dan Prancis secara resmi menyatakan dukungan pada negara tersebut, bergabung dengan China dan Rusia yang sudah mengakui sejak 1988.

AS Tetap Menolak

Dengan keputusan ini, empat dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB kini telah mengakui Palestina.

Amerika Serikat menjadi satu-satunya anggota tetap yang masih menolak, meski sejak 1990-an telah mengakui Otoritas Palestina.

Sikap Washington semakin keras di era Donald Trump yang dikenal pro-Israel.

Sejarah dan Tanggung Jawab Moral

Langkah Inggris dan Prancis dianggap bersejarah karena sebelumnya sulit dibayangkan.

Kedua negara itu justru berperan dalam lahirnya Israel melalui perjanjian Sykes-Picot (1916) dan Deklarasi Balfour (1917).

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lamy, bahkan menyitir Deklarasi Balfour dengan menekankan bahwa Palestina seharusnya juga mendapat hak, bukan hanya Israel.

Ada kesan generasi baru pemimpin di London dan Paris ingin menebus "dosa sejarah" leluhur mereka.

Tekanan Diplomatik bagi Israel

Pengakuan Palestina oleh Inggris dan Prancis memiliki makna strategis.

Selain menunjukkan penolakan atas upaya Israel mencaplok tanah Arab yang sudah dinyatakan Mahkamah Internasional sebagai wilayah Palestina, langkah ini memperkuat legitimasi solusi dua negara (two-state solution).

Secara geopolitik, hal ini memberi tekanan diplomatik tambahan kepada Israel, meski posisi Amerika Serikat masih menjadi penghambat utama di forum internasional.

Penulis :
Aditya Yohan